Tidak dipungkiri
dari kegiatan tulis-menulis maupun menjalani profesi sebagai penulis selain
mendapat keuntungan memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas dan dikenal oleh
khalayak, juga memperoleh keuntungan secara finansial. Tidak sedikit baik
pengarang maupun penulis di Indonesia yang memperoleh keuntungan secara
finansial dari menulis, tentu saja hal itu akan terwujud jika seseorang
benar-benar menjalankannya secara profesional.
Kegiatan menulis
tidak hanya menyoal menulis buku saja yang diterbitkan oleh penerbit baik
penerbit mayor maupun penerbit indie. Melainkan menulis di media massa seperti
koran dan majalah.
Rahardi dalam
bukunya yang berjudul “Opini dan Kolom di Media Massa” menjelaskan 7 hal
sebagai strategi untuk menulis di media, sebagai berikut:
1.
Motivasi: Hal Pertama yang Harus Ada
Hal yang paling penting dalam
tulis-menulis khususnya menulis artikel untuk media massa adalah kuatnya motivasi untuk menulis. Oleh
karena itu, motivasi menulis itu harus terus ditumbuhkan, dikembangkan,
dipelihara, diperkuat supaya bagi mereka yang masih pemula akan terus berusaha
menulis dan terus tetap menulis bagi yang sudah biasa menulis atau bahkan yang
sudah menjadi penulis.
Ketika seseorang membiasakan
diri menulis di media massa karena motivasi internal atau intrinsik hampir
dapat dipastikan bahwa intuisi kepenulisannya akan terbangun dengan lebih baik.
Pada akhirnya harus ditegaskan
di sini bahwa adanya motivasi yang benar-benar kuat di dalam diri penulis adalah sebuah keharusan
untuk dapat menciptakan karya tulis. Terlebih lagi untuk menulis di media massa
yang tidak memiliki kejelasan parameter dari media yang bersangkutan untuk
menerima atau menolak sebuah artikel, hampir dipastikan akan membuat upaya
untuk menulis di media akan segera kandas di tengah jalan jika motivasi menulis
tidak benar-benar dibangun dengan kuat dan kokoh.
2.
Kembangkan dan Pelihara Talenta Menulis
Bakat atau talenta itu benar-benar
hanya merupakan syarat yang perlu, sama sekali tidak dapat dianggap cukup. Untuk
menjadi benar-benar “cukup” talenta haruslah ditumbuhkan, dipelihara dan terus
dikembangkan menjadi besar. “Practice make perfect” demikian
pepatah bilang, dan dengan latihan yang dijalankan secara tekun dan
terus-menerus seseorang benar-benar akan menjadi “bisa”.
3.
Penulis Kerdil: Penulis yang Kurang Banyak Membaca
Kalau apa yang anda serap
dari membaca itu banyak, pasti akan banyak pula hal yang dapat disampaikan
lewat tulisan-tulisan anda, termasuk juga tulisan anda di media massa. Jika disimpulkan
menjadi pepatah yaitu “You are what you eat, you are what write”.
“There is no writing without
reading” menulis
tidak dapat dipisahkan dari membaca. Orang yang menulis tanpa banyak membaca
bisa saja menjadi penulis, tetapi penulis yang kerdil. Orang yang banyak
membaca tapi tidak pernah menulis tentu tidak akan pernah menjadi penulis dan
ilmunya tidak akan bermanfaat bagi orang lain, Setiaji (dalam Rahardi, 2012).
4.
Jangan Pernah
Mengambinghitamkan Waktu!
Jadikan diri anda seorang
penulis artikel di media massa yang dapat menghargai waktu. Jadikan diri anda
sosok penulis yang pandai dan piawai mengatur dan menata waktu. Hanya orang
yang tidak pintar dan piawai mengatur
dan menata waktu yang akan terus-menerus mengambinghitamkan waktu. Banyak
berlatih untuk terus menata dan mengatur diri agar bisa memanajemen waktu.
5.
Kerja Ikhlas, Bukan Hanya Kerja Keras dan Cerdas
Bagi orang beriman bekerja
dengan ikhlas justru akan mendapatkan imbalan yang jauh lebih banyak dari yang
diharapkan. Bagi penulis, dia tidak akan pernah merasa kecewa jika misalnya
saja hasil kerjanya dianggap gagal atau tidak diterima oleh redaksi media.
Penulis artikel di media
massa sesungguhnya haruslah selalu berusaha untuk menerapkan ketiga prinsip
dalam dalam bekerja, yakni bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas.
Dengan ketika prinsip itu dipastikan akan dapat berkarya untuk mendapatkan
banyak karya dan akan mampu bertahan untuk senantiasa menulis, bahkan ketika
berpuluh-puluh kali tulisannya tidak diterima oleh media.
6.
Menulis Tidaklah Mudah, Diperlukan Ketekunan dan
Perjuangan
Tidak diterimanya tulisan
anda bukan hanya karena factor kualitas tulisan, melainkan tema atau fokus-fokus
yang ditempatkan oleh media tidak tepat atau tidak sesuai dengan tulisan anda. Hanya
dengan berbekal ketekunan dan perjuangan, anda akan dapat menjadi orang yang
benar-benar piawai dalam merangkai kata-kata untuk menciptakan tulisan di media
massa.
7.
Pegang Prinsip ini: “Ojo Ngagak-agaki” alias “Start
Writing Now”
“Ojo Ngagak-agaki” artinya “jangan hanya menakut-nakuti dengan senjata,
tapi tidak pernah mengenakannya” seperti orang mau berperang maka segeralah
gunakan senjatanya. Begitu halnya dengan menulis, mulailah menulis sekarang
jangan pernah menundanya karena menunda sama dengan menumpukkan pekerjaan.
Seorang penulis di media
massa harus memiliki sikap pantang menunda pekerjaan apalagi jika dikaitkan
dengan deadline journalism yang
benar-benar mengukur kepiawaian anda dalam melaksanakan tugas-tugas
jurnalistik.
Demikianlah 7 strategi menulis
di media massa, ingat! Mulailah sekarang dan jangan menunda karena akan
menjadikannya sebatas angan bahkan masalah karena anda telah menunda dan
membuat pekerjaan menumpuk. Jadi, tidak hanya sekedar wacana atau ekspektasi
mulailah bergerak dari apa yang anda bisa.
Referensi
Rahardi, Kunjana. 2012. Menulis Artikel Opini dan Kolom di Media Massa. Jakarta: Penerbit Erlangga
Referensi
Rahardi, Kunjana. 2012. Menulis Artikel Opini dan Kolom di Media Massa. Jakarta: Penerbit Erlangga
Sumber Foto update/http:/blogromeltea.blogspot.co.id/2016/02/jurnalistik-online-era-baru-komunikasi.html
No comments:
Post a Comment