Wednesday, May 30, 2018

7 Sumber Perangai Buruk Penyebab Anak Berperilaku Buruk

Manusia sejatinya terbentuk dari dua dimensi yang terdiri dari jasmani dan rohani atau fisiologi dan psikologi, selanjutnya dikategorikan menjadi dua bagian, yakni manusia atau non-manusia (baca: dimensi hewani). Dimensi hewani inilah yang menjadi celah atau faktor yang timbul dalam diri manusia yang bersifat negatif, hal terbut bisa dimanifestasikan dengan perangai atau emosi.

Baca juga Hindari Radikalisme melalui Andil Ayah dan Ibu dalam Mendidik Anak


Setiap individu memiliki pola kehidupan atau kebiasaan, sangat sulit untuk merubah kebiasaan. Jika pun dapat merubah kebiasaan, maka memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk merubah kebiasaan tersebut.  Begitu halnya dengan orang tua maupun orang dewasa yang kerap geram dengan perilaku atau kebiasaan anak. Tentu saja semua anak pada dasarnya memiliki dasar yang baik, hanya saja ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak berperangai buruk, karena itu penting bagi orang tua maupun orang dewsa mengetahui faktor penyebab anak berperangai buruk.

Ibrahim, seorang ulama dan ahli pendidikan anak (dalam Chatib) mengungkapkan 7 Sumber Perangai Buruk, sebagai berikut :

1. Melupakan Tuhan
Hal yang tak asing ketika manusia ditimpa kesulitan ia akan kembali kepada Tuhannya, namun ketika kesulitan itu sirna maka ia lupa dengan Tuhannya.

2. Bangga, Riya, dan Sombong
Bangga atau ujub adalah penyakit hati.




3. Tidak Bersyukur dan Mudah Putus Asa
Ini merupakah salah satu perilaku yang buruk, ketika seseorang memeperoleh yang ia harapkan maka ia gembira. Sebaliknya saat nikmat hilang dan sesuatu itu tidak tercapai orang tersebut berputus asa.

4. Kikir dan Berkeluh Kesah
Kata lain kikir adalah bakhil atau pelit, orang yang terlalu mencintai harta sehingga tidak mau bersedekah atau berbagi.

5. Melampaui Batas
Ini merupakan salah satu hal yang buruk, seseorang yang diberi rizeki oleh Tuhan baik harta, ilmu, kesehatan maupun kesempatan akan berujung pada dua hal: bersyukur atau merasa belum cukup hingga melampaui batas.

6. Tergesa-gesa
Sikap tergesa-gesa merupakan cerminan seseorang yang kurang berpikir dan kurang hati-hati sehingga hilang kemantapan dan dan ketenangan dari kesabarannya. Sikap tergesa-gesa ini mendatangkan keburukan.

7. Suka Membantah
Manusia cenderung memiliki kebiasaan suka membantah pada dasarnya, sifat ini menjadi salah satu penyebab perangai buruk.

7 Sumber Perangai Buruk Penyebab Anak Berperilaku Buruk ini menjadi landasan untuk orang tua melakukan pencegahan dalam mendidik anak, jikapun anak memiliki salah satu perangai buruk tersebut maka orang tua selaku orang dewasa segera memperbaikinya, karena sifat buruk yang dimunculkan oleh anak bisa jadi berasal dari 7 faktor penyebab dominan di atas.





Referensi

Chatib, Munif. 2012. Orang Tuanya Manusia: melejitkan potensi dan kecerdasan dengan menghargai fitrah seorang anak. Bandung: Kaifa

Sumber Gambar
https://www.suarabekasi.id/agar-anak-tidak-berperilaku-buruk/

8 Macam Gaya Belajar Anak yang Harus Diketahui

Setiap anak atau individu memiliki gaya belajar tersendiri yang berbeda dengan yang lainnya sesuai dengan bakat dan minatnya. Serupa dengan pernyataan Howard Gardner bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga sewajarnya orang tua tidak memaksakan kehendaknya dengan mengatur anak seperti robot. Bagaimana pun setiap anak memiliki, cara, bakat dan pilihan sendiri, tugas sebagai orang tua maupun orang yang lebih dewasa adalah mengarahkan dan membimbingnya.

Baca juga Hindari Radikalisme melalui Andil Ayah dan Ibu dalam Mendidik Anak



Berikut ini macam-macam gaya belajar anak yang harus diketahui dan dikenali menurut Chatib dalam bukunya Orang Tuanya Manusia :

1. Gaya belajar anak dengan kecenderungan linguistik
a. bisa belajar dengan cara mengenal huruf, kata dan kalimat
b. membaca
c. menulis
d. bercerita
e. melaporkan sesuatu yang menarik
f. berbicara di dengan umum
g. merekam dengan media audio
h. mendengar
i. menghafal
j. bertanya
k. berdebat

2. Gaya belajar anak dengan kecenderungan kecerdasan intrapersonal
a. memahami dengan mengekspresikan diri
b. belajar sendiri
c. menghubungkan materi dengan kehidupan pribadi
d. kegiatan individual

3. Gaya belajar anak dengan kecenderungan kecerdasan naturalis
a. aplikasi dengan binatang atau tanaman sebagai praktik belajar langsung
b. belajar di alam terbuka
c. menghubungkan fenomena alam dengan materi belajar
d. menyukai gejala alam

4. Gaya belajar anak dengan kecenderungan musik
a. belajar dengan menggunakan alat musik
b. menghubungkan musik dengan konsep tertentu
c. menggunakan lagu dalam memahami konsep
d. belajar dengan ditemani musik

5. Gaya belajar anak dengan kecenderungan kecerdasan matematis-logis
a. belajar dengan angka-angka
b. belajar dengan menggunakan komputer
c. belajar dengan membuat hipotesis atau perkiraan terlebih dahulu
d. belajar melalui kasus dan berusaha mencari jalan keluar

6. Gaya belajar anak dengan kecenderungan kecerdasan spasial-visual
a. belajar dengan gambar
b. belajar dengan proses membayangkan
c. belajar dengan indikator warna
d. belajar dengan metafora gambar
e. belajar dengan berkunjung ke museum

7. Gaya belajar anak dengan kecenderungan kinestesis
a. belajar dengan aktivitas
b. belajar dengan sosio-drama
c. belajar dengan membuat kerajinan tangan
d. belajar dengan aplikasi langsung

8. Gaya belajar dengan kecenderungan kecerdasan interpersonal
a. belajar dengan kerja kelompok
b. belajar dengan simulasi
c. belajar dengan mengadakan sebuah kegiatan

Demikian 8 macam-macam gaya belajar anak yang harus diketahui, sampai hari ini masih banyak orang tua maupun orang dewasa yang memaksakan kehendaknya untuk mengatur anaknya (baca: kurang baik) karena akan membatasi kreativitas anak dan perkembangan intelektualnya. Tidak dipungkiri banyak juga yang dengan mudah melakukan judge ketika seseorang atau anak tidak bisa melakukan "B" tetapi di sisi lain ia sangat terampil di bidang "E" misalnya.



Hal itu menjadi penting bagi orang tua maupun orang dewasa untuk mengenali berbagai macam gaya belajar anak agar dapat mendampingi lebih optimal dalam mengarahkan dan sebagainya yang membantu perkembangan atau usaha anak mewujudkan cita-cita atau keinginannya.








Referensi

Chatib, Munif. 2012. Orang Tuanya Manusia: melejitkan potensi dan kecerdasan dengan menghargai fitrah seorang anak. Bandung: Kaifa

Sumber Gambar
https://www.wawasanpendidikan.com/2014/09/Macam-macam-Gaya-Belajar-dan-Ciri-Cirinya.html


Friday, May 25, 2018

Hindari Radikalisme Melalui Andil Ayah dan Ibu dalam Mendidik Anak


Masih hangat diperbincangkan tentang kejadian yang belum lama ini terjadi mengenai radikalisme, hal yang membuat semakin miris radikalisme tersebut dilakukan melalui keluarga dan remaja yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dijadikan sebagai medium radikalisme. Berbagai respon ngeri dimunculkan oleh berbagai kalangan terutama keluarga yang khawatir akan putera-puterinya.



Saat ini seluruh media terus menayangkan proses dan tindak lanjut atas terjadinya radikalisme yang belum lama ini terjadi. Berbagai lembaga, institusi, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat mengecam dan menolak tindakan radikalisme. Kejadian ini tentu saja menjadi tamparan keras dan kekhawatiran yang sangat besar bagi Ayah dan Ibu terhadap anak-anak.
Faktor-faktor yang memicu Radikalisme dan Intoleransi
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat memicu radikalisme dan intoleransi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal dimulai dari lingkungan sekitar anak, dapat di sekolah, teman bermain, teman les, ataupun media komunikasi dan internet. Usia anak adalah saat-saat yang rentan untuk dapat dengan mudah terpengaruh, terlebih lagi diusianya akan lebih mudah percaya terutama kepada teman-temannya daripada orang tua. Tidak sedikit anak-anak yang lebih mempercayai teman-teman daripada orang tuanya, hal itu memang wajar karena merupakan bagian fase dalam perkembangannya.
Namun, lebih baik lagi jika Ayah dan Ibu dapat bersikap proaktif dan memposisikan diri tidak hanya sebatas anak dan orang tua, tetapi sebagai teman, sahabat atau teman sharing sehingga anak memiliki keterbukaan yang lebih besar kepada Ayah dan Ibu. Sikap ini penting karena dapat mengambil hati atau membuat anak lebih mempercayai orang tua. Dengan sikap keterbukaan anak yang penuh, Ayah dan Ibu pun akan lebih mudah mengetahui dan mengontrol anak.
Media Komunikasi dan Internet dapat sangat cepat mendoktrin anak
Media komunikasi dan internet merupakan medium yang dapat sangat cepat memberikan pengaruh kepada anak, doktrin-doktrin dapat dengan mudah disebarkan melalui media sosial, meme, video singkat ataupun status-status dan pemberitaan yang dapat mencuci otak anak. Melalui media komunikasi dan internet juga anak akan lebih mudah mendapat ajakan dan tawaran dengan iming-iming atau hadiah menjanjikan untuknya yang membuat tergiur, dan hal ini sangat berbahaya jika tidak segera ditindak lanjut. Memberikan kenyamanan dan fasilitas untuk anak memang sebuah keharusan, tetapi ikut andil dengan mengawasi dan memberikan arahan seringkali terlupakan oleh Ayah dan Ibu.
Radikalisme sendiri menurut KBBI adalah aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, sedangkan Intoleransi dalam KBBI adalah ketiadaan tenggang rasa. Belum lama dan acapkali terjadi tindakan Radikalisme dan Intoleransi yang mengatas namakan agama dengan berbagai alasan seperti “jihad” padahal dalam agama sendiri sikap tersebut sangat dilarang, sehingga banyak sekali pemuka agama yang ikut andil menerangkan serta mengklarifikasi tindakan Radikalisme dan Intoleransi dengan mengatas namakan agama adalah perbuatan yang tidak selayaknya dan hal itu mencoreng agama bahkan menimbulkan perpecahan umat.
Andil Ayah dan Ibu menyikapi Radikalisme dan Intoleransi
Menyikapi bahaya dan pengaruh Radikalisme dan Intoleransi terhadap anak-anak yang masih rentan menerima informasi, doktrin dan pengambilan keputusan, Ayah dan Ibu dapat mengambil andil dalam mendidik anak-anak dengan menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan yang sesuai dengan kaidah secara rutin dan berkesinambungan, hal ini disebut juga proses memengaruhi secara faktor internal yang positif. Sehingga tidak hanya mengandalkan pendidikan dan arahan dari sekolah saja, sikap dan pencegahan Ayah serta Ibu yang dilakukan dapat menjadi prinsip yang membekali anak-anak secara internal.



Dilansir dari sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id juga memberikan trik untuk orang tua dalam menangkal Radikalisme dan Intoleransi SARA (Suku, Agama, Ras antar Golongan) pada anak dan remaja yang dapat menjadi pegangan untuk Ayah dan Ibu dalam mendidik anak, sebagai berikut:
1.    Mengizinkan dan membuka topik mengenal SARA dan toleransi dalam diskusi dalam rumah sehari-hari;
2.    Mendidik anak untuk mengenal etika dalam mengungkapkan pendapat dan berkomentar Topik SARA di media sosial yang berpeluang menimbulkan kesalahpahaman dan perseteruan;
3.    Ekspos pemahaman anak mengenal budaya dan mengunjungi pameran atau event yang bertemakan budaya sebagai aktivitas keluarga;
4.    Bisa diskusi kepada anak mengenal dampak radikalisme terhadap SARA yang terjadi di Indonesia, latih anak berpikir kritis dan tekankan penanaman solusi yang terbaik dalam menghadapi perbedaan pandangan terhadap SARA;
5.    Rayakan hari besar budaya dan agama yang dianut selain mendidik anak bertoleransi, identitas budaya dan agama masing-masing perlu dihormati dan rasa syukur. Dalam momen spesial ini anak dapat diajarkan nilai-nilai luhur dari aktivitas perayaan hari besar agama yang dianutnya. Begitupun anak perlu untuk menghormati hari besar budaya dan agama lain dapat membuat aktivitas prakarya kartu ucapan untuk diberikan kepada teman yang sedang merayakan;
6.    Take Action, khusus untuk usia remaja, anak dapat diberikan kesempatan untuk mengambil peran dalam implementasi konsep toleransi SARA. Semisal mendesain atau menggambar poster, menulis artikel opini untuk dikirimkan ke penerbit, mengungkapkan pendapatnya saat acara keluarga dan lain sebagainya;
7.    Menanamkan nilai kebhinekaan kepada anak-anak sebagai kekuatan bangsa Indonesia di mata dunia. Contohnya memperkenalkan kekayaan budaya di negara Indonesia, adat istiadat, karakteristik agama yang dianut, busana daerah, bahasa daerah, rumah adat dan sebagainya. Tekankan landasan Bhineka Tunggal Ika sebagai media persatuan berbagai budaya dalam membentuk negara Indonesia;
8.    Menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua perlu mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai Pancasila dan secara kreatif mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Delapan poin trik untuk orang tua dalam menangkal Radikalisme dan Intoleransi SARA (Suku, Agama, Ras antar Golongan) pada anak dan remaja dapat dijadikan kiat-kiat untuk membantu Ayah dan Ibu dalam mendidik anak-anak dalam andil terbesar dalam kehidupannya pun sebagai keluarga (pendidikan pertama dan utama adalah keluarga).
Dalam praktik atau implementasinya tentu saja trik tersebut dilakukan secara bertahap dan perlu pembiasaan, sehingga terasa mengalir dan lebih efektif. Ayah dan Ibu dapat mengaplikasikan dengan perlahan dan bertahap supaya anak tidak terkesan dicekoki, syok culture yang mungkin bisa terjadi. Setelah diaplikasikan secara bertahap, maka selanjutnya adalah pembiasaan sehingga dapat terus berlangsung secara berkesinambungan.

Baca juga 9 Pilar Pendidikan Karakter

Lebih lanjut lagi andil Ayah dan Ibu dalam mendidik anak-anak akan memberikan dorongan tersendiri yang membuat anak lebih berprestasi, selain itu juga dapat menekan berbagai kemungkinan negatif yang ditimbulkan oleh faktor eksternal, misalnya pergaulan yang bebas. Tidak hanya dapat menangkal Radikalisme dan Intoleransi, Ayah dan Ibu pun dapat menjadi wadah bagi anak dalam menyalurkan minatnya sehingga dapat terarahkan dan terfasilitasi. Selain interaksi di dalam keluarga, Ayah dan Ibu pun dapat bekerjasama dengan berkomunikasi kepada guru atau pihak sekolah dalam memantau perkembangan anak.
#SahabatKeluarga (Annisa Anita Dewi)




Referensi
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Infografis/5797_2018-05-15/Info%20Radikalisme.jpg

Referensi Foto
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180515104408-284-298275/peran-keluarga-untuk-tangkal-sebaran-radikalisme-pada-anak

Referensi Video
https://www.youtube.com/watch?v=BVqp5II-egg

Wednesday, May 23, 2018

Pengertian Sajak dalam Bahasa Sunda dan Contoh Sajak Sunda


Pengertian Sajak dalam Bahasa Sunda

Sajak nyaéta salah sahiji karya sastra nu mangrupa ébréhan tina sikap, jiwa jeung ékspresi pangarang. Wangun sajak kaasup kana wangun ugeran, tapi disusun sakarep pengarang (dikutip dari brainly.co.id).

Contoh Sajak Sunda

Sajak Pikeun Bapak

Saban isuk saban poe
Teu weleh lengkah anjeun terus maju
Sanajan tiis angin ngahiliwir, panas panonpoe nu ngagebra
Cur cai kesang balas kacape teu dirasa

Saban poe anjeun miang
Pinuh rasa ikhlas jeung kabungah
Ngorbankeun jiwa jeung raga
Pikeun kabagjaan kulawarga

Bapak,
Hampura kuring can bisa jadi kabungah
Bapak,
Sarupa cahya dina poek na hirup kuring

Teu weleh anjeun neuteup dina hate kuring
Kesang bapak, du'a jeung pamelang indung 
Baris nembragkeun cimata
Iwal kanyaah jeung du'a

Leuwih ti cukup pikeun kuring nyangharepan hirup


Tasikmalaya, Mei 2018
Annisa Anita D



Baca juga Tips Sukses Menghadapi Ujian

Baca juga Sedikit Tips Sidang Skripsi

Baca juga 7 Macam-macam Sikap yang Harus Diketahui



sumber gambar
https://www.artikelbelajar.com/materi-basa-sunda-sajak/




Tugas, Pokok dan Fungsi Wartawan dan Perbedaan Wartawan, Pers, Reporter


Reporter merupakan salah satu jenis atau jabatan dari kewartawanan, dilansir dari id.Wikipedia.org Reporter bertugas melakukan peliputan berita (news gathering) di lapangan dan melaporkannya ke pada publik, baik dalam bentuk tulisan untuk media cetak atau dalam situs berita di internet, atau pun secara lisan, bila laporannya disampaikan melalui media elektronik radio atau televisi. Hasil kerja reporter, baik merupakan naskah tulisan ataupun lisan, umumnya harus melalui penyuntingan redaktur atau produser berita sebelum bisa disiarkan kepada publik.

Baca juga Menulis Berita dan Teknik Reportase

Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik dengan baik dan benar, sedangkan Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Jadi tugas pokok seorang jurnalis hanyalah menulis menulis dan menulis akan tetapi didalam melaksanakan tugas sebagai jurnalis selalu menghormati norma-norma dan kode etik jurnalis dan apabila didalam menjalankan tugas profesinya, bagi siapa saja yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah) ¹.
Berikut ini tugas, pokok dan fungsi wartawan Dalam buku Blur: How to Know What’s True in the Age of Information Overload karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel yang dikutip oleh Budlimbad, sebagai berikut :
1.    Authenticator, yakni konsumen memerlukan wartawan yang bisa memeriksa keautentikan suatu informasi.
2.    Sense maker yakni menerangkan apakah informasi itu masuk akal atau tidak.
3.    Investigator yakni wartawan harus terus mengawasi kekuasaan dan membongkar kejahatan.
4.    Witness bearer yakni kejadian-kejadian tertentu harus diteliti dan dipantau kembali dan dapat bekerja sama dengan reporter warga.
5.    Empowerer yakni saling melakukan pemberdayaan antara wartawan dan warga untuk menghasilkan dialog yang terus-menerus pada keduanya.
6.    Smart aggregator yakni wartawan cerdas harus berbagi sumber berita yang bisa diandalkan, laporan-laporan yang mencerahkan, bukan hanya karya wartawan itu sendiri.
7.    Forum organizer yakni organisasi berita, baik lama dan baru, dapat berfungsi sebagai alun-alun di mana warga bisa memantau suara dari semua pihak, tak hanya kelompok mereka sendiri.
8.    Role model, yakni tak hanya bagaimana karya dan bagaimana cara wartawan menghasilkan karya tersebut, namun juga tingkah laku wartawan masuk dalam ranah publik untuk dijadikan contoh.





Sumber Gambar
http://www.cakrawalamedia.co.id/yani-tidak-ada-lagi-wartawan-yang-dianaktirikan/

Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Reporter
¹http://independent-new.blogspot.co.id/2014/03/wartawan-harus-memahami-tugas-pokok_29.html

Tuesday, May 08, 2018

9 Pilar Pendidikan Karakter

Sudah tidak asing lagi semua khalayak mengetahuinya, pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu perkembangan anak. Pendidikan Karakter kerap digembar-gemborkan hampir ke seluruh lapisan untuk mengaplikasikan nilai-nilai kehidupan sebagaimana mestinya. 



Senada dengan itu Mulyasa (2014) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal baik dalam kehidupan sehingga anak memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ada 9 Pilar karakter yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengaplikasikan pendidikan karakter, menurut Mulyasa sebagai berikut:

1. Cinta Allah dan kebenaran

2. Tanggungjawab, disiplin dan mandiri

3. Amanah

4. Hormat dan santun

5. Kasih sayang, peduli dan kerjasama

6. Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah

7. Adil dan berjiwa kepemimpinan

8. Baik dan rendah hati

9. Toleran dan cinta damai





Referensi
Mulyasa. (2014). Manajemen pendidikan karakter, cetakan ke-4. Jakarta: Bumi Aksara

Referensi Gambar
https://www.kajianpustaka.com/2017/12/nilai-tujuan-fungsi-dan-prinsip.html


Monday, May 07, 2018

Kiat Ayah dan Ibu Generasi Milenial Mendampingi Generasi Alfa


Pendidikan merupakan terobosan untuk kehidupan lebih baik yang menjadi sendi perubahan. Di era kekinian pendidikan bukan merupakan hal yang tabu dan siapapun berhak untuk mengenyam pendidikan. Hal yang seringkali terjadi dan harus dipahami, tidak sedikit orang tua yang menyerahkan anak-anak secara penuh kepada guru, lembaga atau pihak sekolah. Tentu saja, hal itu bukanlah pemahaman yang benar. Proses mendidik tidak terlepas dari Ayah dan Ibu selaku orang tua bukan hanya guru dan pihak sekolah saja, kita pahami orang tua memiliki andil yang sangat penting dan jauh lebih besar dalam proses pendewasaan dan pendidikan anak. Apalagi di Era Alfa tantangan mendidik pun semakin besar, banyak hal yang dapat mempengaruhi karakter dan kepribadian anak-anak.



Kecanggihan teknologi tidak serta merta berdampak pada sisi positif saja atau cenderung negatif, melainkan keduanya bisa terjadi. Maraknya kenakalan remaja, penyalahgunaan teknologi dan degradasi moral pada anak, semata-mata bukan karena dipengaruhi oleh lingkungan ataupun pergaulan bebas. Semua hal tersebut dapat disiasati dengan baik begitu halnya dengan kecanggihan teknologi yang dapat dioptimalkan dengan positif, hal itu dimulai dari keluarga sebagai denyut kehidupan pertama. Andil Ayah dan Ibu sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak sangat penting dan berpengaruh besar, seperti dalam proses pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Andil Ayah dan Ibu dalam Mendidik Generasi Alfa
Menyikapi beragam lingkungan dan pergaulan yang bebas dapat disiasati dengan proses mendidik dalam keluarga yang sehat, hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman dan pembiasan moral serta karakter yang sesuai dengan Pancasila dan agama yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu halnya dalam menghadapi kemajuan teknologi yang semakin canggih selain sebagai alat penyebaran informasi yang sangat cepat dan memberi kemudahan juga tidak dipungkiri memiliki sisi negatif yang harus disiasati, Ayah dan Ibu sebagai orang tua selayaknya berperan penting dalam melakukan pendampingan terhadap anak-anak dengan cara sebagai berikut :

1.        Tidak memberikan gadget secara sembarangan
Dalam artian anak di bawah umur tidak seharusnya diberikan gadget apalagi jika digunakan untuk membuat si kecil asyik sendiri, seperti menenangkan si kecil supaya tidak menangis dengan memberikan permainan melalui gadget. Selain berbahaya dari segi kesehatan juga berpengaruh terhadap tumbuh-kembang si kecil yang akan bersikap apatis terhadap lingkungan dan melewatkan banyak hal di dunia nyata terutama di usianya yang tidak akan terulang kembali.
2.        Melakukan Pendampingan
Penggunaan gadget ataupun alat teknologi lainnya berikut dengan internet, sebagai Ayah dan Ibu selayaknya melakukan pendampingan, dimulai dengan memberikan pemahaman serta wawasan dalam pemanfaatan teknologi dalam kehidupan serta menjelaskan hal-hal yang harus dihindari agar tidak terkena dampak negatif.
3.        Menggunakan Gadget Secara Efektif dan Efisien
Penggunaan gadget pun selayaknya diatur sesuai kebutuhan, Ayah dan Ibu sebagai orang tua dapat melakukan pengaturan jadwal penggunaan gadget sehingga tidak mengganggu komunikasi dan kultur dalam keluarga. Tidak dipungkiri generasi Alfa saat ini seringkali sibuk sendiri dengan gadget, sehingga mengabaikan aktivitas yang rutin dilakukan dalam keluarga. Seperti bercengkrama, berkumpul dengan anggota keluarga dan melakukan tugas sebagai bagian dari anggota rumah. Jika dibiarkan dan tidak dinasehati akan berakibat pada kebiasaan yang buruk, jika sudah menjadi kebiasaan maka akan sulit untuk merubah atau memperbaikinya.

Salah Satu Cara Jitu Mendidik dengan Memperkenalkan Internet Kepada Anak
Kemajuan teknologi memberikan tantangan baru dalam mendidik anak terutama bagi Ayah dan Ibu selaku orang tua agar tetap dapat mendampingi anak-anak sehingga dapat mengoptimalkan teknologi dengan positif dan menghindari dampak negatif yang ditimbulkannya, sehingga sebagai orang tua selayaknya mengambil peran dengan tepat. Dilansir dari media sosial instagram Kemdikbud menjelaskan mengenai Mengenalkan Internet Berdasarkan Usia Anak terhadap peran orang tua, yaitu:
1.        Usia 2 s/d 6 tahun
Pada usia ini anak tidak diperkenankan menggunakan internet sendiri, peran orang tua yakni menumbuhkan karakter anak sejak dini sebagai pertahanan terhadap pengaruh lingkungan, mendampingi anak agar mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sekaligus memperkuat ikatan emosional antara anak dan orang tua, dan memilihkan situs yang mendidik terkait dengan kesiapan sekolah misalnya: pengenalan huruf, angka dan pengetahuan dasar.
2.        Usia 7 s/d 12 tahun
Usia ini anak mulai meminta kebebasan lebih banyak kepada orang tua untuk mengeksplorasi sendiri dalam ber-internet, peran orang tua yakni menempatkan komputer di ruang terbuka  dan memasang perangkat pengamanan penggunaan internet agar anak tetap leluasa, membuat aturan bersama mengenai waktu penggunaan internet.
3.        Usia 13 s/d 15 tahun
Pada usia ini anak membutuhkan lebih banyak pengalaman dan kebebasan, peran orang tua yakni mengenalkan fungsi internet untuk membantu tugas sekolah maupun yang berkaitan dengan hobi, menempatkan komputer di ruang terbuka  dan memasang perangkat pengamanan penggunaan internet agar anak tetap leluasa, membuat aturan bersama mengenai waktu penggunaan internet.
4.        Usia 16 s/d 18 tahun
Usia ini anak mulai aktif menjalani kehidupan sosialnya, mereka mencoba mencari informasi untuk memenuhi rasa ketertarikan dan penasarannya, peran orang tua yakni menempatkan komputer di ruang terbuka  dan memasang perangkat pengamanan penggunaan internet agar anak tetap leluasa, membuat aturan bersama mengenai waktu penggunaan internet secara aman dan bijak, dan memberikan pemahaman agar anak tetap waspada terhadap keberadaan pihak yang dapat merugikan mereka dalam penggunaan media sosial.

       Menghadapi era teknologi ini peran orang tua semakin penting dalam pendidikan, terlebih terhadap proses dan pembentukan karakter dan kepribadian anak-anak. Ayah dan Ibu sebagai lingkungan pertama bagi anak sekaligus pendidikan pertama dan utama bagi anak merupakan hal yang mendasar yang menjadi sendi penguat dan perubahan dalam kehidupan. Peran penting Ayah dan Ibu sebagai orang tua dalam proses mendidik sekaligus sebagai lingkungan edukasi sangat didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, karena upaya tersebut merupakan partisipasi yang nyata dan kontribusi yang sangat besar dari Ayah dan Ibu dalam membantu tercapainya Visi Pendidikan.

Hari Pendidikan? Ayah dan Ibu Generasi Alfa Lakukan ini
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei meski bukan tanggal merah, Hardiknas marak diperingati secara nasional di seluruh penjuru Indonesia. Hal yang paling lumrah adalah memperingati dengan melaksanakan upacara. Walaupun secara nasional Hari Pendidikan diperingati setiap tanggal 2 Mei, seyogianya setiap hari merupakan hari pendidikan yang setiap harinya kita melihat anak-anak kita berhamburan mengenakan pakaian seragam sekolah sambil menggendong tas dan mencium tangan berpamitan untuk menimba ilmu.
Memperingati Hari Pendidikan setiap harinya Ayah dan Ibu sebagai orang tua generasi Alfa memiliki kesempatan dan banyak cara untuk mengedukasi anak-anak, terlebih sebagai kiat-kiat menghadapi dan menyikapi tantangan zaman mengingat waktu yang dihabiskan oleh anak di keluarga (rumah) lebih banyak daripada di sekolah. Inilah cara yang dapat dilakukan Ayah dan Ibu generasi Alfa dalam mengedukasi anak-anak:
1.        Membudayakan membaca buku sebelum tidur selain buku sekolah;
2.        Melakukan tanya-jawab dengan anak tentang aktivitas di sekolah;
3.        Mendukung prestasi anak dengan mengikuti ekstrakurikuler sesuai hobi;
4.        Mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekaligus memberikan wawasan;
5.        Ayah dan Ibu melek informasi pendidikan sehingga dapat menunjang perkembangan anak;
6.        Ayah dan Ibu tidak banyak memberikan larangan, tetapi memberikan arahan dan pengetahuan kepada anak;
7.        Ayah dan Ibu membuat quality time membaca buku dalam keluarga;
8.        Meluangkan waktu khusus bersama anak-anak untuk berbincang mengenai cita-cita, sehingga tercipta suasana yang nyaman dan Ayah serta Ibu dapat memberikan arahan, pendampingan bahkan memantau anak-anak dalam meraih masa depannya;
9.        Ayah dan Ibu menjadi inspirasi untuk anak-anak dan sebagai contoh yang nyata untuk digugu dan ditiru.

Demikian hal-hal yang dapat dilakukan oleh Ayah dan Ibu generasi Alfa, hal-hal tersebut berawal dari hal-hal kecil yang seringkali terabaikan namun sangat berpengaruh. Kiat-kiat dan cara jitu tersebut dapat Ayah dan Ibu biasakan kepada buah hati, sehingga Ayah dan Ibu generasi Alfa lebih siap mendampingi perkembangan anak-anak yang disertai dengan kemajuan zaman dan teknologi. #SahabatKeluarga (Annisa Anita Dewi)


Referensi
https://www.instagram.com/sahabatkeluargakemdikbud/
Referensi Foto





Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...