Wednesday, July 04, 2018

Strategi Pembelajaran : Discovery Learning

Discovery Learning atau dikenal dengan istilah Pembelajaran Penemuan merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran Discovery learning ini diprakarsai oleh Piaget dan Brunner, keduanya merupakan ahli psikologi di bidang kognitif dan humanistik. Discovery Learning adalah strategi pembelajaran adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui, memperoleh dan menemukan hal-hal yang belum diketahuinya tanpa diberitahu sehingga anak menemukan dengan sendirinya.



Lebih lanjut lagi Hamalik menjelaskan bahwa belajar penemuan dapat juga disebut "proses pengalaman", langkah-langkah belajar proses pengalaman adalah sebagai berikut :
1. Tindakan dalam instansi tertentu. Siswa melakukan tindakan dan mengamati pengaruh-pengaruhnya. Pengaruh-pengaruh tersebut sebagai hukuman (operant conditioning), atau mungkin memberikan keterangan mengenai hubungan sebab akibat.

2. Pemahaman kasus tertentu. Apabila keadaan yang sama muncul kembali, maka dia dapat mengantisipasi pengaruh yang akan terjadi, dan konsekuensi-konsekuensi apa yang akan terasakan.

3. Generalisasi. Siswa membuat kesimpulan atas prinsip-prinsip umum berdasarkan pemahaman terhadap instansi tersebut.

4. Tindakan dalam suasana baru. Siswa menerapkan prinsip dan mengantisipasi pengaruhnya.

Pendekatan pembelajaran penemuan dikembangkan menjadi strategi inquiry discovery. Langkah-langkah pokok strategi ini adalah :
1. Menyajikan kesempatan-kesempatan kepada siswa  untuk melakukan tindakan atau perbuatan dan mengamati konsekuensi dari tindakan tersebut.

2. Menguji pemahaman siswa  mengenai hubungan sebab-akibat dengan cara mempertanyakan atau mengamati reaksi-reaksi siswa, selanjutnya menyajikan kesempatan-kesempatan lainnya.

3. Mempertanyakan atau mengamati kegiatan selanjutnya, serta menguji susunan prinsip umum yang mendasari masalah yang disajikan itu.

4. Penyajian berbagai kesempatan baru guna menerapkan hal yang baru saja dipelajari ke dalam situasi atau masalah-masalah yang nyata.

Lebih lanjut lagi Sulipan menjelaskan, bahwa Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi; (3) pembuktian kebenaran (verifikasi).
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
  1. identifikasi kebutuhan siswa;
  2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
  3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
  4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
  5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
  6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
  7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
  8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
  9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
  10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
  11. membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discoverymeningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.





Referensi
Hamalik, Oemar. 2017. Kurikulum dan Pembelajaran: Cetakan keenam belas. Jakarta: Bumi Aksara
https://sulipan.wordpress.com/2011/05/16/metode-pembelajaran-penemuan-discovery-learning/

Sumber Gambar
https://arassh.wordpress.com/2017/08/20/model-pembelajaran-penyingkapanpenemuan-dan-pencarian-discovery-learning/

Monday, July 02, 2018

Pengertian, Fungsi, Strategi Pelaksanaan Pendidikan dan Produk yang Dihasilkan



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap, dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik.

Dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Bab 1 Pasal 1 menjelaskan bahwa,"Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang".

Dari rumusan nasional mengenai istilah pendidikan tersebut, Hamalik menggaris bawahi 4 hal dari rumusan tersebut dan menjelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

1. Dengan "usaha sadar" dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional-objektif. Pendidikan tidak diselenggarakan secara sengaja atau seenaknya.

2. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. "menyiapkan" diartikan bahwa peserta didik pada hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan pada proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap terjun ke kancah kehidupan yang nyata.

3. Strategi pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, dan /atau latihan. Bimbingan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri. Pengajaran adalah bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai tujuan pendidikan.

4. Produk yang dihasilkan oleh proses pendidikan adalah berupa lulusan yang memiliki kemampuan melaksanakan peranan-peranannya untuk masa yang akan datang. Peranan bertalian dengan jabatan dan pekerjaan tertentu dan bertalian dengan kegiatan pembangunan di masyarakat.

Dengan demikian Hamalik menyimpulkan bahwa Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.









Referensi
Hamalik, Oemar. 2017. Kurikulum dan Pembelajaran: Cetakan keenam belas. Jakarta: Bumi Aksara
Sumber Gambar
https://www.gulalives.co/perbedaan-pendidikan-dulu-dan-sekarang/

Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...