Friday, March 31, 2017

“I” Visited Prince of Songkla University

foto muka, http://hoteldekatkampus.com/wp-content/uploads/2014/12/Prince-of-Songkla-University.jpg
Prince of Songkla University merupakan universitas pertama di Thailand Selatan dikenal dengan sebutan PSU. Seperti Universitas Pendidikan Indonesia dikenal dengan sebutan UPI, tidak hanya nomenklatur ada kesamaan antara PSU dan UPI. Kedua kampus ini merupakan multi kampus.

UPI dan PSU Multi Kampus
UPI terdiri dari 5 Kampus, yakni UPI Kampus Cibiru, UPI Kampus Purwakarta, UPI Kampus Sumedang, UPI Kampus Tasikmalaya dan UPI Kampus Serang. Begitupun dengan PSU terdiri dari 5 Kampus, yakni PSU Kampus Hatyai, PSU Kampus Pattani, PSU Kampus Phuket, PSU Kampus Surat Thani dan PSU Kampus Trang. Dengan demikian kedua universitas ini sama-sama multi kampus.
Berawal dari 08 Agustus 2015 lalu ketika saya mengikuti Program Student Exchanges to Thailand menjadi duta perguruan tinggi Universitas Pendidikan Indonesia, saya berkesempatan mengunjungi Prince of Songkla University Kampus Hat Yai dan Kampus Pattani di Thailand Selatan. Banyak sekali pengalaman dan pelajaran berharga yang diperoleh. Saya mengunjungi beberapa fakultas dan menjelajahi PSU Kampus Hatyai yang menjadi kampus utama.

Foto Annisa Anita Dewi
Orientasi Mahasiswa Baru di PSU
Agustus 2015 lalu bertepatan dengan kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru di Prince of Songkla University kampus Hat Yai. Ada kesamaan culture orientasi mahasiswa baru dengan Indonesia. Seperti mengumpulkan persyaratan diantaranya berupa snack kepada panitia, rambut diikat beberapa ikatan dan atribut lainnya yang dipersyaratkan panitia.

Foto Annisa Anita Dewi


Sedangkan di Indonesia culture orientasi mahasiswa baru seperti itu sudah ditinggalkan. Hal itu disebabkan berbagai sebab terutama dari nilai-nilai yang cenderung lebih banyak negatifnya, seperti perpeloncoan.

Sekilas tentang PSU
PSU (Prince of Songkla University) didirikan pada 1967 lalu, nama universitas ini diberikan oleh Raja Bhumibol Adulyadej. PSU merupakan anggota dari 9 perguruan tinggi national project universitas riset Thailand, PSU merupakan universitas riset terkemuka di Thailand. Hebatnya lagi PSU sangat dihormati dalam bidang pendidikan internasional dan saat ini PSU memiliki 300 lebih MoU dengan seluruh dunia, yaitu benua Afrika meliputi Mesir, Maroko, Namibia, Nigeria, Sudan, benua Asia meliputi Brunei, Kamboja, Cina, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Mongolia , Myanmar, Nepal, Pakistan, Philipina, Korea Utara, Taiwan, Vietnam, benua Eropa meliputi Austria, Belgia, Bosnia and Herzegovina, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Portugal, Federasi Rusia, Serbia, Spanyol, Swedia, United Kingdom, Timur Tengah meliputi Yordania, Oman, Turki, United Arab Emirates, Amerika Utara meliputi Kanada, USA, Oceania, Australia, New Zealand.

Di PSU setiap fakultas memiliki jenis atau tanda seragam sendiri, hal itu memiliki fungsi untuk membedakan mahasiswa masing-masing fakultas. Jika tidak menggunakan pakaian yang telah ditetapkan maka tidak diperbolehkan untuk masuk kelas maupun mengikuti perkuliahan. Sedangkan untuk PSU Kampus Pattani yang letaknya berada di daerah mayoritas islam, maka pakaian pun menyesuaikan.

Friday, March 24, 2017

Menjadi Guru di Negeri Gajah Putih Thailand


Kita tidak pernah tahu takdir Tuhan yang manakah yang terbaik untuk kita. Dinamika kehidupan yang terus melangkah kedepan seperti misteri yang tidak akan pernah tepat di prediksi atau sesempurna rencana yang digambarkan. Satu hal yang pasti segalanya sudah diatur sedemikian rupa oleh Sang Pencipta dengan rencana terbaiknya.

Pada Juni 2015 lalu saya berkesempatan mengaplikasikan pengalaman, ilmu, pengetahuan dan wawasan di Negeri Gajah Putih, yang dikenal dengan Negara Thailand. Tidak ada persiapan yang sangat matang. Saya mempersiapkan keberangkatan ke Negeri Gajah Putih kurang lebih selama satu bulan.

Selama satu bulan saya ke sana ke mari mengurus berbagai persyaratan. Adapun paspor adalah bagian yang terpenting dari segalanya. Setelah paspor selanjutnya mempersiapkan Visa. Kesempatan itu datang dengan mendadak tanpa sinyal aba-aba, sehingga saya belum sempat mempelajari bahasa Thai.

Bahasa itu penting, salah satunya sebagai alat komunikasi. Saya mengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Awalnya saya cukup merasa tenang karena saya bisa menggunakan bahasa Inggris. Saat itu saya berpikir demikian karena sampai saat ini Bahasa Inggris adalah English International Language dan sebagai Lingua Franca. Artinya setidaknya mereka dapat menggunakan bahasa Inggris meski sekedar Inggris Pasif.


Hari kedua saya di Negeri Gajah Putih saya sudah dipanggil oleh Guru Besar di Mulnithi Chumchon Islam Seuksa Foundation School Thailand. Saya diberikan rambu-rambu untuk menjadi Guru di sekolah tersebut. Di meja tanpa diameter saya duduk diantara pengajar senior dan Guru Besar di sana. Akhirnya kesempatan saya menjadi Guru di Negeri Gajah Putih diputuskan mengajar di tingkat SD, SMP dan SMA.
Sekali lagi, semua tidak seperti yang direncanakan. Tuhan memahamkan saya dengan long life education. Saya harus mempelajari bahasa Thai, karena mereka lebih banyak tidak mengerti akan bahasa Inggris. Kendala pertama saya adalah bahasa. Seperti yang telah saya peroleh semasa kuliah, saya ingat bahwa sebagai Guru terlebih dahulu kita harus masuk ke dunia anak didik kita untuk mengenal dan memahami lebih jauh dan selanjutnya barulah memperkenalkan atau mengajak mereka ke dunia kita untuk mentransformasikan ilmu dan pengetahuan.

Saya mempelajari bahasa Thai sedikit demi sedikit dimulai dengan pronounciation Phasa Thai. Semuanya dilakukan secara bertahap. Saya belajar pronounciation dengan berbincang atau membuka obrolan dengan anak-anak. Selalu ingat bahwa kita bisa memperoleh ilmu dan pengetahuan dari siapapun, maka dari sekarang singkirkanlah sesuatu yang bernama “gengsi”. Jika anda ingin maju dan berkembang, lupakanlah “gengsi” karena tidak memberikan dampak apapun selain menutup kesempatan untuk mengupgrade kualitas diri. Di Thailand Guru dipanggil dengan sebutan Kru, Achan, Guru dan Kak (bagi Guru Melayu).


Perjalanan saya menjadi Guru di Negeri Gajah Putih saat itu saya tengah menjadi mahasiswa semester 6 di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya. Memiliki keinginan semakin kuat dengan di motivasi oleh Ketua Prodi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya, Dindin Abdul Muiz L., S.Si., S.E., M.Pd. dan diberi peluang oleh Ketua Prodi PGPAUD yang pada saat itu sebagai Pembimbing Akademik saya, Drs. Edi Hendri, M.Pd. untuk dapat melakukan penelitian Tugas Akhir Strata 1 di Negeri Gajah Putih. Pada awal Juni 2015 secara resmi menjadi Duta Perguruan Tinggi Indonesia dari Universitas Pendidikan Indonesia dan melaksanakan kegiatan mengajar sebagai bagian dari KKL dan PPL difasilitasi oleh Edutech Consultant.

Menjadi Guru pada realitanya tidak mudah. Karena menjadi Guru bukan bekerja melainkan mengabdi. Perlu kesabaran dan totalitas karena menjadi Guru bukan sekedar mentransformasikan ilmu, tapi juga mendidik. Jika anda menjadikan Guru dengan tujuan bekerja untuk memperoleh kepingan rupiah, sebaiknya rubah mindset tersebut. Karena menjadi Guru bukan sekedar profesi tapi mengabdi, sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003.



Thursday, March 23, 2017

Mengubah Kesulitan Menjadi Kekuatan

Tidak dipungkiri dan tidak akan terelakan, bahwa kehidupan akan terus berputar seperti jarum jam. kadang di atas kadang di bawah.

Menjadi bagian dalam ruang kebahagiaan barangkali hal yang seringkali terlupakan adalah bersyukur. Sedikit atau banyak seyogyanya syukur itu hadir. Kesempatan berharga adalah ketika menciptakan dan membentuk kebahagiaan, karena bahagia bukanlah dicari. Sejauh apapun anda pergi, mengasingkan diri, menyelinap dari keramaian, jika memang resah maka itu akan tetap ada.
Seribu langkah pun anda berlari atau melarikan diri dari kenyataan yang tidak ingin disentuh, resah dan gelisah itu akan tetap ada. Dimana pun sekalipun tanpa gemerlap kemewahan bahagia akan selalu ada, karena bahagia anda sendiri yang menciptakan.

Ketidak beruntungan adalah ketika anda lupa bagaimana bersyukur di setiap detiknya. Masalah? pasti ada dan semua orang memilikinya. Masalah bukan untuk dipermasalahkan, tapi dihadapi dan diselesaikan. Masalah yang ada bisa jadi bagian dari kesulitan yang Tuhan berikan untuk anda ubah menjadi kekuatan. Terkadang kesulitan itu perlu untuk terus menempa siapa anda, bagaimana anda menyikapinya, bagaimana anda memandangnya. Kesulitan hadir bukan untuk dikeluhkan selain dari padaNya. Kesulitan ada dalam hidup adalah untuk dibuah menjadi kekuatan. Kekuatan yang bisa jadi menjadi batu loncatan anda lebih hebat dari saat ini.

Don't miss it! Masih banyak daftar mimpi anda yang harus diwujudkan. Bergeraklah, berjuanglah dan yakinlah saat itu akan tiba.

Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...