Monday, July 06, 2015

Ramadhan Pertama di Negeri Gajah Putih

Sebuah perasaan yang memaksa. Suka tidak suka, mau atau tidak ramadhan kali ini harus terpisah dari keluarga dan orang-orang tercinta. Bukan hanya perasaan saja yang berbeda karena menjalani ramadhan tanpa kehadiran orang-orang yang telah biasa memberi warna dalam kehidupan sehari-hari, tapi makanan dan kebiasaan yang jauh berbeda dari biasanya. Jika di Indonesia setiap sore hari orang beramai-ramai pergi ngabuburit ataupun ketika hendak sahur dan akan berbuka orang beramai-ramai menabuh bedug, di Negeri Gajah Putih ini tidak ada hal-hal seperti itu.
Ada perasaan terpukul yang membekas diingatan, semua yang biasa dilakukan dan di dapatkan dengan mudah di Indonesia, disini tidak. Sekedar buka puasa bersama di mesjid pun tidak ada. Sedangkan di Indonesia, nyaris di setiap mesjid pasti ramai dengan orang-orang yang berbuka puasa bersama. Terkadang diri ini sering hanya melewatkannya begitu saja. Betapa terlambat menyadarinya, bahwa setiap momentum itu harus benar-benar di nikmati dan di syukuri. Agar tidak ada perasaan menyesal yang membekas, ketika telah melewatkannya dan ada dalam keadaan yang menginginkan momen yang telah berlalu.

Semua berawal dari tiga pekan lalu, saat aku baru tiba di Negeri Gajah Putih untuk melakukan Study. Kedatangan pada saat momen yang memberi kesan tersendiri bagiku, saat harus menemui ramadhan di Negeri Gajah Putih. Tepatnya ramadhan pertamaku di Negeri Gajah Putih. Berada dibawah langit yang sama, tapi berpijak di tempat yang berbeda. Makanan di Negeri Gajah Putih ini di dominasi oleh seafood dan daging, sedangkan harga sayur sangat tinggi. Sekali lagi, mau tidak mau harus bisa menerima dengan kenyataan.

Perbedaan waktu dan cuaca memberikan perasaan cemburu. Waktu yang sama dengan Indonesia, tapi jadwal shalat dan berbuka lebih lama. Jika di Indonesia pukul 17.44 sudah magrib dan berbuka, di Negeri Gajah Putih ini pada pukul 18.30 pun langit masih terang benderang. Waktu siang disini lebih lama daripada di Indonesia, sehingga magrib jatuh pada pukul 18.45. perasaan cemburu semakin merangsek, ketika banyak message dan status di media sosial yang mengucapkan “Selamat Berbuka Puasa” sedangkan di Negeri Gajah Putih masih menunggu waktu untuk berbuka.

Kesan dan beberapa kejadian tersebut memberikan sentuhan pesan halus, mengingatkan diri ini untuk selalu berlapang dada, bersyukur dan mencintai tanah sendiri. Perkara melewati momentum ramadhan di negeri orang, meninggalkan perasaan yang tak pernah pergi. Mengingatkan akan sejumput gumaman ‘biasanya kalau di Indonesia...’ selalu ada cerita yang hadir yang tak bisa untuk dilupakan.


Annisa Anita Dewi, 23 Juni/Thailand 2015

Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...