Friday, May 25, 2018

Hindari Radikalisme Melalui Andil Ayah dan Ibu dalam Mendidik Anak


Masih hangat diperbincangkan tentang kejadian yang belum lama ini terjadi mengenai radikalisme, hal yang membuat semakin miris radikalisme tersebut dilakukan melalui keluarga dan remaja yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dijadikan sebagai medium radikalisme. Berbagai respon ngeri dimunculkan oleh berbagai kalangan terutama keluarga yang khawatir akan putera-puterinya.



Saat ini seluruh media terus menayangkan proses dan tindak lanjut atas terjadinya radikalisme yang belum lama ini terjadi. Berbagai lembaga, institusi, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat mengecam dan menolak tindakan radikalisme. Kejadian ini tentu saja menjadi tamparan keras dan kekhawatiran yang sangat besar bagi Ayah dan Ibu terhadap anak-anak.
Faktor-faktor yang memicu Radikalisme dan Intoleransi
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat memicu radikalisme dan intoleransi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal dimulai dari lingkungan sekitar anak, dapat di sekolah, teman bermain, teman les, ataupun media komunikasi dan internet. Usia anak adalah saat-saat yang rentan untuk dapat dengan mudah terpengaruh, terlebih lagi diusianya akan lebih mudah percaya terutama kepada teman-temannya daripada orang tua. Tidak sedikit anak-anak yang lebih mempercayai teman-teman daripada orang tuanya, hal itu memang wajar karena merupakan bagian fase dalam perkembangannya.
Namun, lebih baik lagi jika Ayah dan Ibu dapat bersikap proaktif dan memposisikan diri tidak hanya sebatas anak dan orang tua, tetapi sebagai teman, sahabat atau teman sharing sehingga anak memiliki keterbukaan yang lebih besar kepada Ayah dan Ibu. Sikap ini penting karena dapat mengambil hati atau membuat anak lebih mempercayai orang tua. Dengan sikap keterbukaan anak yang penuh, Ayah dan Ibu pun akan lebih mudah mengetahui dan mengontrol anak.
Media Komunikasi dan Internet dapat sangat cepat mendoktrin anak
Media komunikasi dan internet merupakan medium yang dapat sangat cepat memberikan pengaruh kepada anak, doktrin-doktrin dapat dengan mudah disebarkan melalui media sosial, meme, video singkat ataupun status-status dan pemberitaan yang dapat mencuci otak anak. Melalui media komunikasi dan internet juga anak akan lebih mudah mendapat ajakan dan tawaran dengan iming-iming atau hadiah menjanjikan untuknya yang membuat tergiur, dan hal ini sangat berbahaya jika tidak segera ditindak lanjut. Memberikan kenyamanan dan fasilitas untuk anak memang sebuah keharusan, tetapi ikut andil dengan mengawasi dan memberikan arahan seringkali terlupakan oleh Ayah dan Ibu.
Radikalisme sendiri menurut KBBI adalah aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, sedangkan Intoleransi dalam KBBI adalah ketiadaan tenggang rasa. Belum lama dan acapkali terjadi tindakan Radikalisme dan Intoleransi yang mengatas namakan agama dengan berbagai alasan seperti “jihad” padahal dalam agama sendiri sikap tersebut sangat dilarang, sehingga banyak sekali pemuka agama yang ikut andil menerangkan serta mengklarifikasi tindakan Radikalisme dan Intoleransi dengan mengatas namakan agama adalah perbuatan yang tidak selayaknya dan hal itu mencoreng agama bahkan menimbulkan perpecahan umat.
Andil Ayah dan Ibu menyikapi Radikalisme dan Intoleransi
Menyikapi bahaya dan pengaruh Radikalisme dan Intoleransi terhadap anak-anak yang masih rentan menerima informasi, doktrin dan pengambilan keputusan, Ayah dan Ibu dapat mengambil andil dalam mendidik anak-anak dengan menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan yang sesuai dengan kaidah secara rutin dan berkesinambungan, hal ini disebut juga proses memengaruhi secara faktor internal yang positif. Sehingga tidak hanya mengandalkan pendidikan dan arahan dari sekolah saja, sikap dan pencegahan Ayah serta Ibu yang dilakukan dapat menjadi prinsip yang membekali anak-anak secara internal.



Dilansir dari sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id juga memberikan trik untuk orang tua dalam menangkal Radikalisme dan Intoleransi SARA (Suku, Agama, Ras antar Golongan) pada anak dan remaja yang dapat menjadi pegangan untuk Ayah dan Ibu dalam mendidik anak, sebagai berikut:
1.    Mengizinkan dan membuka topik mengenal SARA dan toleransi dalam diskusi dalam rumah sehari-hari;
2.    Mendidik anak untuk mengenal etika dalam mengungkapkan pendapat dan berkomentar Topik SARA di media sosial yang berpeluang menimbulkan kesalahpahaman dan perseteruan;
3.    Ekspos pemahaman anak mengenal budaya dan mengunjungi pameran atau event yang bertemakan budaya sebagai aktivitas keluarga;
4.    Bisa diskusi kepada anak mengenal dampak radikalisme terhadap SARA yang terjadi di Indonesia, latih anak berpikir kritis dan tekankan penanaman solusi yang terbaik dalam menghadapi perbedaan pandangan terhadap SARA;
5.    Rayakan hari besar budaya dan agama yang dianut selain mendidik anak bertoleransi, identitas budaya dan agama masing-masing perlu dihormati dan rasa syukur. Dalam momen spesial ini anak dapat diajarkan nilai-nilai luhur dari aktivitas perayaan hari besar agama yang dianutnya. Begitupun anak perlu untuk menghormati hari besar budaya dan agama lain dapat membuat aktivitas prakarya kartu ucapan untuk diberikan kepada teman yang sedang merayakan;
6.    Take Action, khusus untuk usia remaja, anak dapat diberikan kesempatan untuk mengambil peran dalam implementasi konsep toleransi SARA. Semisal mendesain atau menggambar poster, menulis artikel opini untuk dikirimkan ke penerbit, mengungkapkan pendapatnya saat acara keluarga dan lain sebagainya;
7.    Menanamkan nilai kebhinekaan kepada anak-anak sebagai kekuatan bangsa Indonesia di mata dunia. Contohnya memperkenalkan kekayaan budaya di negara Indonesia, adat istiadat, karakteristik agama yang dianut, busana daerah, bahasa daerah, rumah adat dan sebagainya. Tekankan landasan Bhineka Tunggal Ika sebagai media persatuan berbagai budaya dalam membentuk negara Indonesia;
8.    Menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua perlu mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai Pancasila dan secara kreatif mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Delapan poin trik untuk orang tua dalam menangkal Radikalisme dan Intoleransi SARA (Suku, Agama, Ras antar Golongan) pada anak dan remaja dapat dijadikan kiat-kiat untuk membantu Ayah dan Ibu dalam mendidik anak-anak dalam andil terbesar dalam kehidupannya pun sebagai keluarga (pendidikan pertama dan utama adalah keluarga).
Dalam praktik atau implementasinya tentu saja trik tersebut dilakukan secara bertahap dan perlu pembiasaan, sehingga terasa mengalir dan lebih efektif. Ayah dan Ibu dapat mengaplikasikan dengan perlahan dan bertahap supaya anak tidak terkesan dicekoki, syok culture yang mungkin bisa terjadi. Setelah diaplikasikan secara bertahap, maka selanjutnya adalah pembiasaan sehingga dapat terus berlangsung secara berkesinambungan.

Baca juga 9 Pilar Pendidikan Karakter

Lebih lanjut lagi andil Ayah dan Ibu dalam mendidik anak-anak akan memberikan dorongan tersendiri yang membuat anak lebih berprestasi, selain itu juga dapat menekan berbagai kemungkinan negatif yang ditimbulkan oleh faktor eksternal, misalnya pergaulan yang bebas. Tidak hanya dapat menangkal Radikalisme dan Intoleransi, Ayah dan Ibu pun dapat menjadi wadah bagi anak dalam menyalurkan minatnya sehingga dapat terarahkan dan terfasilitasi. Selain interaksi di dalam keluarga, Ayah dan Ibu pun dapat bekerjasama dengan berkomunikasi kepada guru atau pihak sekolah dalam memantau perkembangan anak.
#SahabatKeluarga (Annisa Anita Dewi)




Referensi
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Infografis/5797_2018-05-15/Info%20Radikalisme.jpg

Referensi Foto
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180515104408-284-298275/peran-keluarga-untuk-tangkal-sebaran-radikalisme-pada-anak

Referensi Video
https://www.youtube.com/watch?v=BVqp5II-egg

No comments:

Post a Comment

Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...