Hati-hati pada stunting
terutama pasangan muda!
Beberapa hal yang
sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaikan oleh ibu dan
ayah. Gejala Stunting (kekurangan
gizi kronis) atau gangguan pertumbuhan baik fisik maupun otak dimulai sejak
janin berada dalam kandungan. Pada masa kontrol kehamilan biasanya ibu akan
diberikan sejumlah vitamin, dan faktanya tidak sedikit ibu yang mengabaikan
untuk mengkonsumsinya.
Secara tidak langsung
sikap tersebut menunjukkan perilaku pengabaian yang mengakibatkan pola asuh
yang buruk. Tidak sampai di sana, berlanjut pada #1000HariPertamaAnanda selepas kelahiran Pola Asuh yang diterapkan oleh ibu dan ayah sangat menentukan di #1000HariTerbaik pertama dalam
kehidupan anak.Bayangkan betapa penting 1000 hari pertama yang sangat
menentukan kehidupan anak selanjutnya, lalu apa tega ibu memberi peluang kepada
anak menjadi bagian penderita stuntingkarena
kelalaian?
Berikut ini 7 cara yang
bisa dilakukan ibu untuk menghindari stunting
pada anak:
1. Menjaga Pola Asuh Dimulai dari Fase
Kehamilan
Memulai pola asuh dapat
ibu lakukan sejak memasuki fase kehamilan. Menjaga pola makan, memperhatikan
asupan gizi yang dikonsumsi selama kehamilan dan mengkonsumsi vitamin yang
diberikan oleh dokter atau bidan adalah hal yang sangat penting untuk ibu
menjaga janin dalam kandungan, perilaku tersebut mencerminkan pola asuh yang
ibu tunjukkan untuk janin.
Selama fase kehamilan
untuk menjaga perkembangan dan pertumbuhan janin, ibu jangan lupa untuk rutin
berkonsultasi dan memeriksakan kandungan ke dokter ataupun bidan terlatih.
Jangan lupa untuk sharing bersama
ayah tentang berbagai informasi dan keluhan yang ibu rasakan, sehingga pola
asuh yang dimulai saat fase kehamilan menjadi keberhasilan bersama.
2.
Singkirkan
Ego dan Berupaya Konsisten dengan Pola Asuh
Selama
melakukan pola asuh ketika fase kehamilan, tidak dipungkiri banyak ibu yang
sering melanggar aturan ataupun mengabaikan nasihat orang tua dan dokter. Sebetulnya
tidak perlu over protective menghindari
berbagai makanan atau kebiasaan yang dapat membahayakan janin.
Mengurangi
kebiasaan terhadap junk food, minum
vitamin yang diberikan dokter, jaga pola tidur dan hindari stress. Ingat! Ibu
tidak boleh malas periksakan kandungan ke dokter karena ego dan kenyamanan,
cobalah untuk konsisten dengan perilaku pola asuh yang baik.
Sayangnya,
banyak sekali ibu yang mengabaikan untuk meminum vitamin dan menjaga pola hidup
sehat secara teratur. Pikirkanlah, semua itu tidak hanya untuk kebaikan dan
keselamatan ibu,
melainkan janin yang ada dalam kandungan.
3.
Sejak
Lahir Berikan Anak Rangsangan Psikososial
Memberikan
rangsangan psikososial pada bayi sangat baik, karena akan mempengaruhi emosi
dan perasaan bayi yang berubah-ubah. Keaktifan ibu memberi rangsangan
psikososial menstimulus perkembangan anak.
Memberikan
rangsangan psikososial bisa dilakukan oleh ibu dan ayah atau anggota keluarga
dengan berinteraksi kepada bayi atau anak. Ibu sebaiknya aktif melakukan
berbagai macam kontak kepada bayi atau anak. Seperti mengajaknya berbicara atau
membacakannya buku sambil memperlihatkan gambarnya.
Sejalan
dengan itu mengenai Perkembangan Sosial Bayi, Neni, dkk. Mengemukakan bahwa Perkembangan
psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan memperlihatkan rasa senang-nyaman
berdekatan dengan orang yang dikenal, usia 4-7 bulan memberikan respon
emosional terhadap kontak sosial.
4.
Manfaatkan
Pelayanan Kesehatan seperti Posyandu
Selama
masa pertumbuhan dan untuk perkembangan anak salah satu perilaku pola asuh yang
tepat dan seharusnya dilakukan ibu adalah membawa bayi atau anak ke Posyandu
(Pos pelayanan terpadu).
Dengan
rutinnya ibu membawa ke Posyandu, ibu menjadi lebih banyak mengetahui tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui Posyandu, ibu juga bisa lebih banyak
bertukar informasi tentang kesehatan atau keluhan yang mungkin sedang dialami
sehingga menemukan solusi.
5.
Jangan
Lupa Imunisasi! Bila Perlu Buat Alarm di Ponsel
Imunisasi
sangat penting sekali untuk bayi dan batita, tapi banyak juga yang lupa. Ada yang
lupa karena terlalu sibuk dengan urusannya, ada juga yang lupa tanggalnya
karena kurang cermat. Bahaya sekali jika agenda imunisasi terlupakan karena
kelalaian orang tua.
Menghindari
penyakit lupa ibu dapat mensiasatinya dengan memasang agenda dan alarm pada
ponsel ibu. Sehingga ibu dapat pergi imunisasi tepat pada waktunya. Hal ini
sangat berguna dalam menjaga pola asuh ibu terhadap kesehatan dan keselamatan
anak. Secara tidak langsung perlu diingat, keselamatan anak bergantung di
tangan ibu.
6.
Ikuti
Penyuluhan Kesehatan dan Pekan Konseling
Banyak
sekali manfaat mengikuti program penyuluhan dan pekan konseling atau seminar-seminar
kesehatan lainnya. Terkadang munculnya penyakit dan gejalanya dimulai dari
ketidak tahuan ayah dan ibu.
Terlebih
bagi pasangan muda, sangat perlu wawasan dalam mempersiapkan dan merawat
pertumbuhan serta perkembangan anak. Sikap ego mengabaikan nasihat orang tua
bukan hal yang lumrah, setelah terjadi biasanya barulah percaya. Terbentuknya pola
asuh yang baik diperlukan konsistensi ibu, kerjasama keluarga dan kemauan untuk
belajar.
Pemerintah
pun sering menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dan pekan konseling. Sebaiknya
ibu ikut aktif berkontribusi dan memanfaatkan kesempatan tersebut.
7.
Ketahuilah
Macam-macam Penyakit yang Bisa Menyerang Pertahanan Tubuh Anak
Sebagai
seorang ibu tentu banyak ketakutan dan kekhawatiran jika seandainya terjadi
sesuatu pada anak. Karena itu dengan mengikuti penyuluhan dan pekan konseling,
ibu menjadi tahu lebih banyak hal. Termasuk berbagai macam penyakit, salah
satunya stunting.
Jika
ibu mengetahui berbagai macam penyakit yang dapat menyerang bahkan merusak
pertahanan tubuh anak, ibu dapat melakukan berbagai cara pencegahan. Selaras dengan
istilah sedia payung sebelum hujan. Pikirkan
dengan baik, walau bagaimanapun mencegah itu lebih baik daripada mengobati.
Demikian
7 cara yang bisa ibu lakukan untuk menghindari #Stunting pada anak. Masa keemasan
anak dimulai sejak #1000HariPertamaAnanda
dan 1000 hari kehidupan pertama ini yang terdiri dari fase kehamilan, yaitu
270 hari dan usia 2 tahun, yaitu 730 hari sangat menentukan kehidupan anak
selanjutnya.
Stunting
dapat menghambat pertumbuhan anak bahkan lebih parah lagi, merusak perkembangan
otak. Peran ibu sangat vital terhadap #1000HariTerbaik
anak, semua itu dimulai dari kesadaran dan kemauan.
Dilansir
dari Republika.co.id bahwa WHO menetapkan
batas toleransi stunting (bertubuh pendek) maksimal 20 persen atau seperlima
dari jumlah keseluruhan balita. Sementara, di Indonesia tercatat 7,8 juta dari
23 juta balita adalah penderita stunting atau sekitar 35,6 persen. Sebanyak
18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori pendek. Ini juga
yang mengakibatkan WHO menetapkan Indonesia sebagai Negara dengan status gizi
buruk.
Penderita
stunting di Indonesia yang mencapai 35,6 persen melebihi batas maksimal, ini
menjadi cermin untuk kita mencegah sejak dini. Jangan sampai stunting
menghambat kreativitas dan perkembangan anak yang akan mempengaruhi masa
depannya. (Annisa Anita Dewi)
Rujukan
http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/07/perkembangan-psikososial.html