Banyak
sekali tantangan yang harus dihadapi dalam mendidik anak di era ini. Hal yang
tampak biasa namun sebenarnya sangat tidak biasa dan tidak seharusnya, untuk ke
sekian kalinya kebiasaan orang tua saat ini yang seolah menyerahkan
tanggungjawab secara penuh dalam proses perkembangan pendidikan dan proses
mendidik di dalamnya kepada pihak sekolah. Perkembangan anak di era ini menjadi
tantangan tersendiri bagi orang tua dalam mendidik anak dalam berbagai sisi,
seperti spiritual, perhatian atau kasih sayang, ketegasan, secara akademik hingga
inovasi dalam mendidik yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan anak.
Menapaki Karier sebagai Seorang Ibu
adalah Momentum yang Tidak Seharusnya Disia-siakan
Bagi
seorang wanita yang telah berumahtangga, memutuskan masa lajang, menikah dan
mempunyai anak secara mutlak akan menjadi seorang ibu, sayangnya banyak wanita
yang menyia-nyiakan kesempatan menjalankan peran terbaiknya sebagai seorang
ibu. Tentu saja selama di sekolah anak akan memeroleh didikan, namun proses
mendidik tersebut perlu disempurnakan oleh Ayah dan Ibu sebagai orang tua. Bukan
rahasia umum lagi jika keluarga merupakan sekolah pertama dan pendidikan utama bagi
anak.
Perilaku
imitasi bagi seorang anak dalam psikologi perkembangan merupakan hal yang
wajar, tetapi munculnya anak-anak yang latah mengikuti trend atau gaya yang kekinian bahkan sampai hal yang tidak
seharusnya di imitasi oleh anak diusianya itu sangat tidak wajar. Hal tersebut
sangat memerlukan perhatian serius dari Ayah dan Ibu dalam mendidik anak
terhadap perkembangannya ketika anak mengimitasi baik dari televisi, internet,
maupun lingkungan di sekitarnya. Terlebih internet dan teknologi digital
merupakan media penyebar luas informasi yang mutakhir.
Kesibukan
diluar rumah saat ini sangat lumrah bagi seorang wanita hal tersebut acapkali
dinamakan “berkarier” atau wanita karier, sehingga dalam proses mendidik dan
mendampingi anak tidak semuanya mampu dilakukan secara penuh. Tidak ada yang
salah dengan itu, namun perlu diperhatikan keseimbangan peran sebagai seorang
ibu untuk anak dan keluarga sehingga dapat tetap memberikan pendampingan dan
andil yang besar dalam proses perkembangan anak terutama pada masa golden age sangat sayang jika
dilewatkan.
Cermati: Fenomena Wanita sebagai
Ibu Berpendidikan Tinggi dan Wanita Karier
Rata-rata
saat ini perempuan di Indonesia menyelesaikan pendidikannya hingga Strata 1
(S1), latar belakang pendidikan tersebut sangat berpengaruh pada fase-fase
berikutnya yang akan dilakoni, misalnya setelah menikah dan menjadi seorang
Ibu. Tidak sedikit wanita-wanita di Indonesia yang begelar sarjana kemudian
memutuskan menjadi seorang ibu rumah tangga, hal ini tidak sedikit orang mencibir
ataupun melempar kritikan pedas jika pada akhirnya setelah bersusah payah
menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin lalu memutuskan menjadi ibu rumah
tangga.
Meski
demikian tidak sedikit juga yang memberikan apresiasinya kepada wanita yang
berpendidikan tinggi kemudian memutuskan untuk melakukan perannya sebagai Ibu
untuk mendidik dan mendampingi regenerasinya secara paripurna. Jika dicermati
lebih dalam lagi latar belakang pendidikan yang tinggi seorang perempuan
merupakan dasar atau pondasi untuk mengimbangi dalam mendidik anak-anaknya baik
secara intelektual dan spiritual. Pengetahuan dan wawasan tersebut membentuk
pola asuh yang lebih baik dalam pmbentukan kepribadian anak dan perkembangan
anak. Sedangkan wanita karier, tentu saja tidak serta merta berkarier jika
tidak memiliki latar belakang pendidikan yang baik pula. Hanya saja wanita
karier memutuskan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk aktif dan
beraktivitas di luar rumah.
Jika
dicermati dengan baik keduanya tidak ada yang salah jika dapat menyeimbangkan
sesuai porsinya. Namun perlu diberikan perhatian sebagai wanita karier apalagi
di era ini bukanlah hal yang tabu dan bahkan 90% wanita di Indonesia melakoni
sebagai wanita karier dengan berbagai alasan tersendiri. Menjadi seorang ibu
selain dimatangkan oleh pengalaman tentu perlu pendidikan yang baik untuk dapat
merawat kebutuhan anak-anak dan keluarga, memberikan pelajaran baik secara
akademis maupun spiritual, dan mampu mengajari anak bersikap serta berbudi
pekerti. Sebagai wanita karier selain memenuhi kebutuhan pribadi (baca:
cita-cita) dalam berprofesi selayaknya diimbangi dengan memberikan pola asuh
dan tetap menjalankan perannya sebagai seorang ibu dalam mendampingi
perkembangan anak sehingga tidak ada yang terabaikan, karena setinggi apapun
karier seorang wanita adalah yang dapat memerankan seoptimal mungkin sebagai
ibu bagi anak-anak dan keluarganya terlebih sebagai upaya menyikapi morat-marit
dalam mendidik anak di era ini yang saling menyalahkan ketika anak bersikap
Belajar dari Ryousai Kenbo tentang Dedikasinya Mendidik Anak
Dilansir
dari website Sahabat Keluarga Kemdikbud bahwa
wanita tradisional di Jepang lebih memilih menjadi ibu rumah tangga ketimbang
bekerja, walaupun dari tingkat pendidikan sangat memadai. Hal itu diperjelas dengan hasil survey yang
dilakukan oleh University of California pada 2004, berdasarkan survey tersebut
wanita Jepang pada umumnya menganggap mengasuh anak sama halnya dengan merawat
tanaman, membutuhkan pemeliharaan secara hati-hati, agar dapat tumbuh dengan
baik.
Lebih
lanjut lagi dijelaskan, bahwa kaum Ibu di Jepang justru merasa bahagia,
tersanjung dan dimuliakan dengan jabatan dan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Bahkan mereka tak segan-segan mengundurkan diri dari karir mereka demi mengasuh
dan mendidik sendiri anak-anak mereka di rumah. Berbagai literatur menyebutkan,
wanita Jepang yang sudah berumah tangga berambisi menjadi Ryousai Kenbo, yakni
mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengurus keluarga, terutama mendidik
anak-anak mereka. Mereka juga mendedikasikan hidupnya untuk berbakti kepada suaminya. Suami diibaratkan
sebagai kaisar yang harus dipatuhi dan dilayani. Hal itu dilakukan dengan cara
menghargai dan menghormati suami dengan baik, dapat menjaga dan merawat diri,
bertindak-tanduk tanpa cela, dan selalu bersedia untuk setia dalam mendampingi
suami tentunya.
Jangan Marah Jika Suatu Saat Anak
Anda Membantah dan Bersikap Keras
Seperti
sebuah peribahasa, apa yang kita tanam maka itulah yang akan kita tuai. Begitu
halnya dengan anak kita, Ayah dan Ibu jangan marah jika suatu waktu nanti
mendapati anak bersikap keras jika sejak kecil Ayah dan Ibu tidak mendampingi
dan mendidik anak seperti seharusnya. Peran dan didikan Ayah dan Ibu saat anak
masih dini sangat memengaruhi bagaimana perkembangan anak di usia dewasa nanti.
Terlebih Ayah dan Ibu adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktu
bersama anak, sehingga didikan Ayah dan Ibu di rumah jauh lebih menentukan
daripada didikan anak saat di sekolah. Banyak sekali yang dapat memengaruhi
perkembangan anak seperti lingkungan dan pergaulan, hal itu dapat dikendalikan
dengan pola asuh atau didikan yang baik sebagai pondasi yang membangun visi
kehidupan anak dalam hal ini Ayah dan Ibu berperan sebagai pemeran utama.
#SahabatKeluarga (Annisa
Anita Dewi)
Referensi
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4748
Referensi Foto
https://tipsperawatancantik.com/tips-mendidik-anak-dengan-pay-tv/
No comments:
Post a Comment