Sunday, August 05, 2018

Begini Karier Tertinggi Wanita Menyikapi Tantangan Morat-marit Mendidik Anak


Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam mendidik anak di era ini. Hal yang tampak biasa namun sebenarnya sangat tidak biasa dan tidak seharusnya, untuk ke sekian kalinya kebiasaan orang tua saat ini yang seolah menyerahkan tanggungjawab secara penuh dalam proses perkembangan pendidikan dan proses mendidik di dalamnya kepada pihak sekolah. Perkembangan anak di era ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dalam mendidik anak dalam berbagai sisi, seperti spiritual, perhatian atau kasih sayang, ketegasan, secara akademik hingga inovasi dalam mendidik yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan anak.

Menapaki Karier sebagai Seorang Ibu adalah Momentum yang Tidak Seharusnya Disia-siakan
Bagi seorang wanita yang telah berumahtangga, memutuskan masa lajang, menikah dan mempunyai anak secara mutlak akan menjadi seorang ibu, sayangnya banyak wanita yang menyia-nyiakan kesempatan menjalankan peran terbaiknya sebagai seorang ibu. Tentu saja selama di sekolah anak akan memeroleh didikan, namun proses mendidik tersebut perlu disempurnakan oleh Ayah dan Ibu sebagai orang tua. Bukan rahasia umum lagi jika keluarga merupakan sekolah pertama dan pendidikan utama bagi anak.
Perilaku imitasi bagi seorang anak dalam psikologi perkembangan merupakan hal yang wajar, tetapi munculnya anak-anak yang latah mengikuti trend atau gaya yang kekinian bahkan sampai hal yang tidak seharusnya di imitasi oleh anak diusianya itu sangat tidak wajar. Hal tersebut sangat memerlukan perhatian serius dari Ayah dan Ibu dalam mendidik anak terhadap perkembangannya ketika anak mengimitasi baik dari televisi, internet, maupun lingkungan di sekitarnya. Terlebih internet dan teknologi digital merupakan media penyebar luas informasi yang mutakhir.
Kesibukan diluar rumah saat ini sangat lumrah bagi seorang wanita hal tersebut acapkali dinamakan “berkarier” atau wanita karier, sehingga dalam proses mendidik dan mendampingi anak tidak semuanya mampu dilakukan secara penuh. Tidak ada yang salah dengan itu, namun perlu diperhatikan keseimbangan peran sebagai seorang ibu untuk anak dan keluarga sehingga dapat tetap memberikan pendampingan dan andil yang besar dalam proses perkembangan anak terutama pada masa golden age sangat sayang jika dilewatkan.
Cermati: Fenomena Wanita sebagai Ibu Berpendidikan Tinggi dan Wanita Karier
Rata-rata saat ini perempuan di Indonesia menyelesaikan pendidikannya hingga Strata 1 (S1), latar belakang pendidikan tersebut sangat berpengaruh pada fase-fase berikutnya yang akan dilakoni, misalnya setelah menikah dan menjadi seorang Ibu. Tidak sedikit wanita-wanita di Indonesia yang begelar sarjana kemudian memutuskan menjadi seorang ibu rumah tangga, hal ini tidak sedikit orang mencibir ataupun melempar kritikan pedas jika pada akhirnya setelah bersusah payah menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin lalu memutuskan menjadi ibu rumah tangga.
Meski demikian tidak sedikit juga yang memberikan apresiasinya kepada wanita yang berpendidikan tinggi kemudian memutuskan untuk melakukan perannya sebagai Ibu untuk mendidik dan mendampingi regenerasinya secara paripurna. Jika dicermati lebih dalam lagi latar belakang pendidikan yang tinggi seorang perempuan merupakan dasar atau pondasi untuk mengimbangi dalam mendidik anak-anaknya baik secara intelektual dan spiritual. Pengetahuan dan wawasan tersebut membentuk pola asuh yang lebih baik dalam pmbentukan kepribadian anak dan perkembangan anak. Sedangkan wanita karier, tentu saja tidak serta merta berkarier jika tidak memiliki latar belakang pendidikan yang baik pula. Hanya saja wanita karier memutuskan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk aktif dan beraktivitas di luar rumah.
Jika dicermati dengan baik keduanya tidak ada yang salah jika dapat menyeimbangkan sesuai porsinya. Namun perlu diberikan perhatian sebagai wanita karier apalagi di era ini bukanlah hal yang tabu dan bahkan 90% wanita di Indonesia melakoni sebagai wanita karier dengan berbagai alasan tersendiri. Menjadi seorang ibu selain dimatangkan oleh pengalaman tentu perlu pendidikan yang baik untuk dapat merawat kebutuhan anak-anak dan keluarga, memberikan pelajaran baik secara akademis maupun spiritual, dan mampu mengajari anak bersikap serta berbudi pekerti. Sebagai wanita karier selain memenuhi kebutuhan pribadi (baca: cita-cita) dalam berprofesi selayaknya diimbangi dengan memberikan pola asuh dan tetap menjalankan perannya sebagai seorang ibu dalam mendampingi perkembangan anak sehingga tidak ada yang terabaikan, karena setinggi apapun karier seorang wanita adalah yang dapat memerankan seoptimal mungkin sebagai ibu bagi anak-anak dan keluarganya terlebih sebagai upaya menyikapi morat-marit dalam mendidik anak di era ini yang saling menyalahkan ketika anak bersikap
Belajar dari Ryousai Kenbo tentang Dedikasinya Mendidik Anak
Dilansir dari website Sahabat Keluarga Kemdikbud bahwa wanita tradisional di Jepang lebih memilih menjadi ibu rumah tangga ketimbang bekerja, walaupun dari tingkat pendidikan sangat memadai.  Hal itu diperjelas dengan hasil survey yang dilakukan oleh University of California pada 2004, berdasarkan survey tersebut wanita Jepang pada umumnya menganggap mengasuh anak sama halnya dengan merawat tanaman, membutuhkan pemeliharaan secara hati-hati, agar dapat tumbuh dengan baik.
Lebih lanjut lagi dijelaskan, bahwa kaum Ibu di Jepang justru merasa bahagia, tersanjung dan dimuliakan dengan jabatan dan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Bahkan mereka tak segan-segan mengundurkan diri dari karir mereka demi mengasuh dan mendidik sendiri anak-anak mereka di rumah. Berbagai literatur menyebutkan, wanita Jepang yang sudah berumah tangga berambisi menjadi Ryousai Kenbo, yakni mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengurus keluarga, terutama mendidik anak-anak mereka. Mereka juga mendedikasikan hidupnya untuk  berbakti kepada suaminya. Suami diibaratkan sebagai kaisar yang harus dipatuhi dan dilayani. Hal itu dilakukan dengan cara menghargai dan menghormati suami dengan baik, dapat menjaga dan merawat diri, bertindak-tanduk tanpa cela, dan selalu bersedia untuk setia dalam mendampingi suami tentunya.
Jangan Marah Jika Suatu Saat Anak Anda Membantah dan Bersikap Keras
Seperti sebuah peribahasa, apa yang kita tanam maka itulah yang akan kita tuai. Begitu halnya dengan anak kita, Ayah dan Ibu jangan marah jika suatu waktu nanti mendapati anak bersikap keras jika sejak kecil Ayah dan Ibu tidak mendampingi dan mendidik anak seperti seharusnya. Peran dan didikan Ayah dan Ibu saat anak masih dini sangat memengaruhi bagaimana perkembangan anak di usia dewasa nanti. Terlebih Ayah dan Ibu adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktu bersama anak, sehingga didikan Ayah dan Ibu di rumah jauh lebih menentukan daripada didikan anak saat di sekolah. Banyak sekali yang dapat memengaruhi perkembangan anak seperti lingkungan dan pergaulan, hal itu dapat dikendalikan dengan pola asuh atau didikan yang baik sebagai pondasi yang membangun visi kehidupan anak dalam hal ini Ayah dan Ibu berperan sebagai pemeran utama.
   
#SahabatKeluarga (Annisa Anita Dewi)


Referensi
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4748
Referensi Foto
https://tipsperawatancantik.com/tips-mendidik-anak-dengan-pay-tv/


No comments:

Post a Comment

Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...