Tuesday, August 14, 2018

Kenali Karakter Anak, Be Good Parent!


Pada dasarnya setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda, beda anak beda karakter maka berbeda pula penanganannya. Karakter terbentuk melalui proses pembelajaran yang panjang, berbeda halnya dengan bakat yang diperoleh sejak lahir. Saudara sekandung bahkan anak kembar sekalipun sedikitnya memiliki karakter yang berbeda satu sama lain, sehingga tidak bisa diperlakukan dengan sama.
“Be good parent” adalah impian semua orang tua, sedangkan disisi lain tidak dipungkiri banyak anak yang tidak selaras dengan orang tua yang ditandai dengan penentangan dari anak, sikap keterpaksaan, kecewa dan sedih karena harus mengikuti tuntutan atau kemauan orang tua yang tidak sejalan dengan keinginan anak, namun disisi lain anak takut untuk mengungkapkannya. Perlakuan Ayah dan Ibu yang bertentangan dengan karakter anak merupakan hal yang kurang baik karena dapat berdampak pada psikologis dan sosiologis anak serta membatasi kreativitas dan perkembangan anak.

Ayah dan Ibu selayaknya memperlakukan buah hati sesuai dengan karakternya dengan terlebih dulu mengenal karakter anak. Ada berbagai jenis karakter jika dirunutkan Ayah dan Ibu sangat akrab namun demikian Ayah dan Ibu terkadang tidak mengenali karakter yang mana yang dimiliki oleh anak. Pendiam, penakut, rajin, tamak, jujur, bijaksana, ceria, penyayang, pemaaf dan pemarah merupakan jenis-jenis karakter yang penting untuk Ayah dan Ibu dengan peka mengenalinya dalam diri anak.

Be Good Parent, Kembangkan Potensi Anak Melalui Keluarga
Selain di sekolah, Ayah dan Ibu dapat mengembangkan potensi-potensi anak melalui pemanfaatan keluarga. Jika ditelisik lebih dalam Ayah dan Ibu memiliki waktu yang lebih lama bersama anak daripada waktu anak saat di sekolah, hal itu menjadi kesempatan emas untuk Ayah  dan Ibu dalam mengoptimalkan perannya sebagai Ayah dan Ibu dalam mendampingi perkembangan anak sesuai dengan karakter anak.
Mengembangkan potensi anak sesuai dengan karakter anak akan memperoleh hasil yang lebih memuaskan terutama bagi anak, bahkan anak akan belajar menerima risiko karena apa yang dilakukannya sesuai dengan keinginannya. Ada beberapa kiat untuk Ayah dan Ibu dalam membangun suasana yang menyenangkan di rumah supaya dapat mengembangkan potensi anak menurut Sikhah dilansir dari website Sahabat Keluarga Kemdikbud, mengemukakan 5 kiat-kiat berikut ini:
Pertama, dampingi momen perkembangan apapun yang dialami anak, misal ketika anak mulai dapat berbicara, mengucapkan kata “mama” “papa” “maem”. Jika sudah mampu mengucapkan beberapa kata sederhana, orang tua dapat menambah perbendaharaan bahasanya. Pancing anak untuk bercerita secara sederhana dengan memberi pertanyaan sederhana. “Ini apa?”  “Siapa nama kamu”.
Kedua, menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan di dalam keluarga. Anak akan mampu mengembangkan potensinya dengan baik, jika transfer informasi diberikan dalam keadaan nyaman dan menyenangkan. Bermain adalah dunia anak. Dengan bermain anak-anak dapat belajar tentang bahasa, sifat sosial dan belajar lainnya.
Ketiga, orang tua dapat mengatur jadwal khusus dalam mendampingi anak belajar. Belajar mengenal lingkungan sekitar dapat dilakukan dengan cara mengajak anak ke tempat kebun binatang atau ke pasar.
Keempat, membiasakan sapa salam dan senyum di dalam keluarga. Kondisi yang penuh kehangatan di dalam keluarga akan menumbuhkan kenyamanan pada anak.
Kelima, biasakan menggunakan kata-kata positif di lingkungan keluarga. “Kamu hebat” “Kamu anak baik” dan lain sebagainya. Kalimat yang membangun semangat dan rasa ingin tahu anak akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, santun dan lebih percaya diri. Semoga bermanfaat.
Selain kiat-kiat di atas Ayah dan Ibu dapat membangun suasana nyaman dan menyenangkan saat mengembangkan potensi anak sesuai dengan karakternya dengan berbagai metode lain yang sesuai.
Multiple Inteligence; Jangan Paksa Anak Mengikuti Kehendak Ayah dan Ibu
Howard Gardner mengemukakan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga Ayah dan Ibu tidak harus memaksakan kehendak kepada anak dengan menuntut “ini” dan “itu”  sesuai dengan kemauan Ayah dan Ibu. Cobalah kenali karakter anak dan dengarkan bagaimana keinginannya, dengan begitu Ayah dan Ibu lebih mudah mengetahui kepribadian dan jalan yang akan dituju oleh anak. Selain itu, Ayah dan Ibu dapat memberikan arahan untuk membimbing anak memperoleh yang terbaik. Jikapun Ayah dan Ibu memiliki kemauan terhadap anak, cobalah melakukan pendekatan, penggambaran sehingga anak dapat memilih sendiri mana yang lebih baik dan cocok untuknya.

Dukung Potensi Anak dan Dampingi Ketika Kekalahan Menghampirinya
Hitam-putih kehidupan begitu halnya dengan kemenangan dan kekalahan yang pasti ada dalam setiap sisi kehidupan. Menang atau kalah itu adalah risiko setiap orang, namun berbeda halnya dengan seorang anak. Saat kekalahan menghampirinya banyak sekali kemungkinan yang dapat terjadi pada anak, seperti kecewa yang berujung menyalahkan diri sendiri atau merasa takut saat memperoleh kekalahan, yaitu takut jika orang tuanya di rumah memarahinya. Hal itu tidak asing lagi terjadi karena umumnya orang tua secara tidak langsung menuntut anak sederhananya dengan kalimat “Kamu harus menang ya!” atau jika kalah “Kenapa kamu kalah dari dia? Ayah dan Ibu kecewa!” ucapan-ucapan tersebut membuat dogma dan ketakutan dalam diri anak sehingga terganggu secara psikologisnya.
Maka dari itu penting bagi Ayah dan Ibu untuk mengenali karakter anak, mendukung potensi sesuai karakternya dan mendampinginya ketika anak menemui kekalahan atau tidak memperoleh seperti apa yang diharapkan. Misalnya ketika anak mengikuti perlombaan dan ia sangat menginginkan menjadi pemenang, sedangkan hasilnya ia kalah. Ayah dan Ibu mengenali karakter anak tersebut sebagai pemberani dan jujur, Ayah dan Ibu bisa mengatakan kalimat yang melegakan hatinya tanpa membohonginya, seperti “Tidak apa-apa belum saatnya, anak Ayah dan Ibu hebat sudah berani ikut lomba dan jujur dalam bertanding. Itu luar biasa!”
Dilansir dari Websitre Sahabat  Keluarga Kemdikbud, Endah mengemukakan alternatif yang bisa dilakukan Ayah dan Ibu, berikut ini bisa menjadi cara atau alternatif yang bijak menyikapi kegagalan anak kita  :
(1)     Besarkan hatinya. Ketika anak mengalami kegagalan, hibur dia dengan kata-kata seperti: ”Tidak apa-apa yang penting Adik sudah berusaha!” atau ”Tenang, masih ada kesempatan lain. Besok kita cobalagi, ya! Kata-kata sederhana itu adalah penghiburan paling menenteramkan baginya yang sedang kecewa; (2) Berikan quality time. Berikan waktu khusus pada si anak untuk menenangkan hatinya dan bercerita. Hal itu akan membuatnya lebih mudah menerima kegagalan karena merasa ditemani. Ajak dia bercerita, tetapi jangan buru-buru memaksanya mengungkapkan kekecewaannya. Jika sudah benar merasa nyaman dan menerima, anak akan menceritakannya sendiri pada orang tua; (3) Ajak evaluasi. Ketika anak sudah bisa berdamai dengan rasa kecewanya, ajak dia mengevaluasi kegagalan kemarin. Hal itu akan mengajarkan anak untuk naik satu tingkat lebih baik. Seperti kata pepatah ”Pengalaman adalah guru terbaik.”  Jadikan pengalaman kemarin sebagai motivasi untuk berusaha lebih baik lagi.

#SahabatKeluarga (Annisa Anita Dewi)


Referensi
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4744


Referensi Foto
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180515104408-284-298275/peran-keluarga-untuk-tangkal-sebaran-radikalisme-pada-anak


No comments:

Post a Comment

Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...