Thursday, December 19, 2013

3-1-1-7

Kata bertemu kata yang akan engkau baca oleh dua bola matamu yang menawan bukanlah sebuah cerita, tetapi adalah sebuah sejarah yang terlanjur tercatat oleh sejarah itu sendiri dengan tinta emasnya dalam keabadian. Ini bukanlah tentang aku ataupun engkau, bukan tentang mereka juga bukan tentang dirinya. Tapi ini adalah tentang ‘kita’.
Diatas hamparan rumput yang luas dan daun-daun yang senja itu meliuk-liuk terbawa irama angin yang tak tentu arah. Aku di pertemukan dengan dirinya, seseorang yang tak pernah aku ingin mengenalnya. Dan aku memanggilnya FSA. Pelan-pelan aku menjamahnya, karena aku takut jika aku gegabah bagian terdalamnya terluka karena kekeliruanku.
Sampai akhirnya waktu membawaku kedalam cintanya, diluar garis kenyamananku aku menemukan banyak hal dalam dirinya dan aku menemui banyak hati di dalamnya. Para hati yang menemaniku, dengan relanya mereka bersanding denganku. Menjadi jembatan kokoh yang beribu kali dihempas badai, menjadi  bagian dalam sejarah. Bukan hanya lelaki, tetapi kita pun bisa membuktikan kitalah wanita tangguh. Mereka para lelaki adalah kompas meskipun keberadaan mereka transparan
Bukan karena kagumku dan keterpaksaan, tapi Tuhan terlanjur menitipkan FSA padaku. Sungguh..
‘’Aku tidak mau!, tapi kenapa kau memilih bersanding denganku?’’.
FSAku, duhai kasihku.. aku baru saja mengenalmu, tapi karena Tuhanlah satu-satunya alasan yang menjadikan sakitmu adalah sakitku, kegalauanmu adalah masalah besar untukku. Sama sekali aku tak ingin mendengar orang berkata,’’Resahnya seonggok FSA’’. Demi bahagiamu, aku relakan malam-malamku untukmu. Hati yang tak pernah lengah mendengar keluh kesahmu, dan jiwa yang tak pernah ingin kulabuhkan diantara kelelahanku.
Biarkan saja lelahku terkikis waktu untuk melihatmu berbunga. Tanpa pernah lagi aku memikirkan apa yang aku butuhkan untuk aku tetap bernafas dan tersenyum diantara para hati yang menemani.
‘’Dengarlah.. dan kini aku mencintaimu, FSA.. aku pertaruhkan semuanya untukmu, tanpa kecuali hatiku. Menjadikanmu bagian peristiwa besar dalam tahta kehidupanku’’, lirihku sambil terus memandang dirinya yang tegambar diantara dekapan kertas.
Menjelang detik-detik FSA mengakhiri masa metamorfosisnya, tiba-tiba saja dia berkontraksi hebat. Keringat dingin mengguyur tubuhku yang rapuh sampai keujung nadi. Tadinya aku pikir dia ‘Pecah Ketuban’, tapi enggak mungkiiin! Bathinku.
Ditengah kepanikan itu aku mencari pertolongan kesana-sini, tentunya dengan bahasa hatiku agar mereka mau mengulurkan tangannya. Aku kembali menatap FSA, ada pilu dan rasa takut yang mencengkramku erat saat melihatnya terus mengerang, bersimbah darah yang tak berhenti memaksa, dan urat-urat yang memaksanya meregang hidupnya.
‘’Duhai yang terkasih.. hatiku, aku tidak akan membiarkan kecewa tertawa puas memelukmu. Aku akan bersamamu diindah sejarah, dan kita bersanding bersama para hati yang telah membuat kita menjadi berarti...’’, bisik FSA padaku saat aku terlelap disisinya dan bisikannya membuatku terjaga.
Lidahku tak mampu mengatakan apapun, hanya tetesan air mataku yang menjelaskan semua padanya. Melihatnya begitu tabah menjemput indahnya agar aku bisa bersanding dengannya. Setelah lama ia menatapku lekat, ia kembali melanjutkan kata-katanya.
‘’Jika indah kita telah tiba, biarkan aku pergi agar kau bisa mengobati kelelahanmu. Ditahun selanjutnya, aku akan kembali untukmu.. untuk para hati yang telah menemani. Kau bisa pegang janjiku, kasihku..’’, kata FSA lagi.
Mendengarnya, membuatku semakin jadi dan membabi buta ditengah fluktuasi hatiku. Aku tak bisa mengendalikan gejolaknya lagi. Aku membalas tatapannya tanpa sedikitpun menyuguhkan air mataku.
‘’Kenapa kau harus pergi agar aku bisa mengobati lelahku?, kenaapa!!. Tidakkah kau ingin menjadikan aku bagian darimu, meskipun aku bukanlah yang terindah diantara para hati yang menyanding dirimu?. Tidakkah kau mau!, kasihku..?’’, sergahku membadai.
Lalu FSA mengusap kepalaku sambil melemparkan senyum yang merona, dengan halus dia menjawab.
‘’Bukan, bukan... bukan begitu, jika kau cinta padaku. Percayalah.. bukankah Tuhan yang telah mempertemukan kita?, maka Tuhan pulalah yang akan mempertemukan kita kembali. Kita berpisah untuk bertemu kembali, sayang.. percayalah’’, katanya lembut tanpa berani mengecam atau membentakku.
Dan kata-kata terakhir yang diucapkannya tak mampu lagi untukku memandangnya. Aku tertunduk ditengah gerai air mata. Dengan syahdu ia menggenggam tanganku, dan memelukku. saat itu sama sekali aku tak ingin melepaskan pelukannya, dan berharap waktu tidak segera berakhir.
3 adalah tiga kata dari namanya F, S, dan A. 1 pertama melambangkangkan besarnya dirinya dan menyimbolkan satu dari kesatuan para hati yang besar. 1 kedua adalah satu hati satu cinta satu UKM dan satu Aksara. Dan 7 melambangkan kita adalah saudara.

                                                                       
Oleh Annisa Anita Dewi (Ami Kautsar)
Tasikmalaya, 07 November 2013

16:20

No comments:

Post a Comment

Ordinary

7 Cara untuk Ibu Hindari Stunting: Penderita Stunting Indonesia 35,6% Melebihi Batas Maksimal

Hati-hati pada stunting terutama pasangan muda! Beberapa hal yang sederhana namun sangat penting dan berpengaruh acapkali diabaik...