Kata bertemu kata yang akan engkau baca oleh dua bola matamu
yang menawan bukanlah sebuah cerita, tetapi adalah sebuah sejarah yang
terlanjur tercatat oleh sejarah itu sendiri dengan tinta emasnya dalam keabadian.
Ini bukanlah tentang aku ataupun engkau, bukan tentang mereka juga bukan
tentang dirinya. Tapi ini adalah tentang ‘kita’.
Diatas hamparan rumput yang luas dan daun-daun yang senja
itu meliuk-liuk terbawa irama angin yang tak tentu arah. Aku di pertemukan
dengan dirinya, seseorang yang tak pernah aku ingin mengenalnya. Dan aku
memanggilnya FSA. Pelan-pelan aku menjamahnya, karena aku takut jika aku
gegabah bagian terdalamnya terluka karena kekeliruanku.
Sampai akhirnya waktu membawaku kedalam cintanya, diluar
garis kenyamananku aku menemukan banyak hal dalam dirinya dan aku menemui
banyak hati di dalamnya. Para hati yang menemaniku, dengan relanya mereka
bersanding denganku. Menjadi jembatan kokoh yang beribu kali dihempas badai,
menjadi bagian dalam sejarah. Bukan
hanya lelaki, tetapi kita pun bisa membuktikan kitalah wanita tangguh. Mereka
para lelaki adalah kompas meskipun keberadaan mereka transparan
Bukan karena kagumku dan keterpaksaan, tapi Tuhan terlanjur
menitipkan FSA padaku. Sungguh..
‘’Aku tidak mau!, tapi kenapa kau memilih bersanding
denganku?’’.
FSAku, duhai kasihku.. aku baru saja mengenalmu, tapi karena
Tuhanlah satu-satunya alasan yang menjadikan sakitmu adalah sakitku,
kegalauanmu adalah masalah besar untukku. Sama sekali aku tak ingin mendengar
orang berkata,’’Resahnya seonggok FSA’’. Demi bahagiamu, aku relakan
malam-malamku untukmu. Hati yang tak pernah lengah mendengar keluh kesahmu, dan
jiwa yang tak pernah ingin kulabuhkan diantara kelelahanku.
Biarkan saja lelahku terkikis waktu untuk melihatmu
berbunga. Tanpa pernah lagi aku memikirkan apa yang aku butuhkan untuk aku
tetap bernafas dan tersenyum diantara para hati yang menemani.
‘’Dengarlah.. dan kini aku mencintaimu, FSA.. aku
pertaruhkan semuanya untukmu, tanpa kecuali hatiku. Menjadikanmu bagian peristiwa
besar dalam tahta kehidupanku’’, lirihku sambil terus memandang dirinya yang tegambar
diantara dekapan kertas.
Menjelang detik-detik FSA mengakhiri masa metamorfosisnya,
tiba-tiba saja dia berkontraksi hebat. Keringat dingin mengguyur tubuhku yang
rapuh sampai keujung nadi. Tadinya aku pikir dia ‘Pecah Ketuban’, tapi enggak
mungkiiin! Bathinku.
Ditengah kepanikan itu aku mencari pertolongan kesana-sini,
tentunya dengan bahasa hatiku agar mereka mau mengulurkan tangannya. Aku
kembali menatap FSA, ada pilu dan rasa takut yang mencengkramku erat saat
melihatnya terus mengerang, bersimbah darah yang tak berhenti memaksa, dan urat-urat
yang memaksanya meregang hidupnya.
‘’Duhai yang terkasih.. hatiku, aku tidak akan membiarkan
kecewa tertawa puas memelukmu. Aku akan bersamamu diindah sejarah, dan kita
bersanding bersama para hati yang telah membuat kita menjadi berarti...’’,
bisik FSA padaku saat aku terlelap disisinya dan bisikannya membuatku terjaga.
Lidahku tak mampu mengatakan apapun, hanya tetesan air
mataku yang menjelaskan semua padanya. Melihatnya begitu tabah menjemput
indahnya agar aku bisa bersanding dengannya. Setelah lama ia menatapku lekat,
ia kembali melanjutkan kata-katanya.
‘’Jika indah kita telah tiba, biarkan aku pergi agar kau
bisa mengobati kelelahanmu. Ditahun selanjutnya, aku akan kembali untukmu..
untuk para hati yang telah menemani. Kau bisa pegang janjiku, kasihku..’’, kata
FSA lagi.
Mendengarnya, membuatku semakin jadi dan membabi buta ditengah
fluktuasi hatiku. Aku tak bisa mengendalikan gejolaknya lagi. Aku membalas
tatapannya tanpa sedikitpun menyuguhkan air mataku.
‘’Kenapa kau harus pergi agar aku bisa mengobati lelahku?,
kenaapa!!. Tidakkah kau ingin menjadikan aku bagian darimu, meskipun aku
bukanlah yang terindah diantara para hati yang menyanding dirimu?. Tidakkah kau
mau!, kasihku..?’’, sergahku membadai.
Lalu FSA mengusap kepalaku sambil melemparkan senyum yang
merona, dengan halus dia menjawab.
‘’Bukan, bukan... bukan begitu, jika kau cinta padaku.
Percayalah.. bukankah Tuhan yang telah mempertemukan kita?, maka Tuhan pulalah
yang akan mempertemukan kita kembali. Kita berpisah untuk bertemu kembali,
sayang.. percayalah’’, katanya lembut tanpa berani mengecam atau membentakku.
Dan kata-kata terakhir yang diucapkannya tak mampu lagi
untukku memandangnya. Aku tertunduk ditengah gerai air mata. Dengan syahdu ia
menggenggam tanganku, dan memelukku. saat itu sama sekali aku tak ingin
melepaskan pelukannya, dan berharap waktu tidak segera berakhir.
3 adalah tiga kata dari namanya F, S, dan A. 1 pertama
melambangkangkan besarnya dirinya dan menyimbolkan satu dari kesatuan para hati
yang besar. 1 kedua adalah satu hati satu cinta satu UKM dan satu Aksara. Dan 7
melambangkan kita adalah saudara.
Tasikmalaya,
07 November 2013
16:20
No comments:
Post a Comment