Pada
dasarnya setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda, beda anak beda
karakter maka berbeda pula penanganannya. Karakter terbentuk melalui proses
pembelajaran yang panjang, berbeda halnya dengan bakat yang diperoleh sejak
lahir. Saudara sekandung bahkan anak kembar sekalipun sedikitnya memiliki
karakter yang berbeda satu sama lain, sehingga tidak bisa diperlakukan dengan
sama.
“Be good parent” adalah
impian semua orang tua, sedangkan disisi lain tidak dipungkiri banyak anak yang
tidak selaras dengan orang tua yang ditandai dengan penentangan dari anak,
sikap keterpaksaan, kecewa dan sedih karena harus mengikuti tuntutan atau
kemauan orang tua yang tidak sejalan dengan keinginan anak, namun disisi lain
anak takut untuk mengungkapkannya. Perlakuan Ayah dan Ibu yang bertentangan
dengan karakter anak merupakan hal yang kurang baik karena dapat berdampak pada
psikologis dan sosiologis anak serta membatasi kreativitas dan perkembangan
anak.

Ayah
dan Ibu selayaknya memperlakukan buah hati sesuai dengan karakternya dengan
terlebih dulu mengenal karakter anak. Ada berbagai jenis karakter jika
dirunutkan Ayah dan Ibu sangat akrab namun demikian Ayah dan Ibu terkadang
tidak mengenali karakter yang mana yang dimiliki oleh anak. Pendiam, penakut,
rajin, tamak, jujur, bijaksana, ceria, penyayang, pemaaf dan pemarah merupakan
jenis-jenis karakter yang penting untuk Ayah dan Ibu dengan peka mengenalinya
dalam diri anak.
Be
Good Parent, Kembangkan
Potensi Anak Melalui Keluarga
Selain
di sekolah, Ayah dan Ibu dapat mengembangkan potensi-potensi anak melalui
pemanfaatan keluarga. Jika ditelisik lebih dalam Ayah dan Ibu memiliki waktu
yang lebih lama bersama anak daripada waktu anak saat di sekolah, hal itu
menjadi kesempatan emas untuk Ayah dan
Ibu dalam mengoptimalkan perannya sebagai Ayah dan Ibu dalam mendampingi
perkembangan anak sesuai dengan karakter anak.
Mengembangkan
potensi anak sesuai dengan karakter anak akan memperoleh hasil yang lebih
memuaskan terutama bagi anak, bahkan anak akan belajar menerima risiko karena
apa yang dilakukannya sesuai dengan keinginannya. Ada beberapa kiat untuk Ayah
dan Ibu dalam membangun suasana yang menyenangkan di rumah supaya dapat
mengembangkan potensi anak menurut Sikhah dilansir dari website Sahabat Keluarga Kemdikbud, mengemukakan
5 kiat-kiat berikut ini:
Pertama, dampingi momen perkembangan apapun yang dialami anak,
misal ketika anak mulai dapat berbicara, mengucapkan kata “mama” “papa” “maem”.
Jika sudah mampu mengucapkan beberapa kata sederhana, orang tua dapat menambah
perbendaharaan bahasanya. Pancing anak untuk bercerita secara sederhana dengan
memberi pertanyaan sederhana. “Ini apa?” “Siapa nama kamu”.
Kedua, menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan di
dalam keluarga. Anak akan mampu mengembangkan potensinya dengan baik, jika
transfer informasi diberikan dalam keadaan nyaman dan menyenangkan. Bermain
adalah dunia anak. Dengan bermain anak-anak dapat belajar tentang bahasa, sifat
sosial dan belajar lainnya.
Ketiga, orang tua dapat mengatur jadwal khusus dalam
mendampingi anak belajar. Belajar mengenal lingkungan sekitar dapat dilakukan
dengan cara mengajak anak ke tempat kebun binatang atau ke pasar.
Keempat, membiasakan sapa salam dan senyum di dalam keluarga.
Kondisi yang penuh kehangatan di dalam keluarga akan menumbuhkan kenyamanan
pada anak.
Kelima, biasakan menggunakan kata-kata positif di lingkungan
keluarga. “Kamu hebat” “Kamu anak baik” dan lain sebagainya. Kalimat yang
membangun semangat dan rasa ingin tahu anak akan membuat anak tumbuh menjadi
pribadi yang kuat, santun dan lebih percaya diri. Semoga bermanfaat.
Selain
kiat-kiat di atas Ayah dan Ibu dapat membangun suasana nyaman dan menyenangkan
saat mengembangkan potensi anak sesuai dengan karakternya dengan berbagai
metode lain yang sesuai.
Multiple
Inteligence; Jangan Paksa Anak Mengikuti Kehendak
Ayah dan Ibu
Howard
Gardner mengemukakan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang
berbeda-beda, sehingga Ayah dan Ibu tidak harus memaksakan kehendak kepada anak
dengan menuntut “ini” dan “itu” sesuai
dengan kemauan Ayah dan Ibu. Cobalah kenali karakter anak dan dengarkan
bagaimana keinginannya, dengan begitu Ayah dan Ibu lebih mudah mengetahui
kepribadian dan jalan yang akan dituju oleh anak. Selain itu, Ayah dan Ibu
dapat memberikan arahan untuk membimbing anak memperoleh yang terbaik. Jikapun
Ayah dan Ibu memiliki kemauan terhadap anak, cobalah melakukan pendekatan,
penggambaran sehingga anak dapat memilih sendiri mana yang lebih baik dan cocok
untuknya.
Dukung Potensi Anak dan Dampingi
Ketika Kekalahan Menghampirinya
Hitam-putih
kehidupan begitu halnya dengan kemenangan dan kekalahan yang pasti ada dalam
setiap sisi kehidupan. Menang atau kalah itu adalah risiko setiap orang, namun
berbeda halnya dengan seorang anak. Saat kekalahan menghampirinya banyak sekali
kemungkinan yang dapat terjadi pada anak, seperti kecewa yang berujung
menyalahkan diri sendiri atau merasa takut saat memperoleh kekalahan, yaitu
takut jika orang tuanya di rumah memarahinya. Hal itu tidak asing lagi terjadi
karena umumnya orang tua secara tidak langsung menuntut anak sederhananya
dengan kalimat “Kamu harus menang ya!” atau jika kalah “Kenapa kamu kalah dari
dia? Ayah dan Ibu kecewa!” ucapan-ucapan tersebut membuat dogma dan ketakutan
dalam diri anak sehingga terganggu secara psikologisnya.
Maka
dari itu penting bagi Ayah dan Ibu untuk mengenali karakter anak, mendukung
potensi sesuai karakternya dan mendampinginya ketika anak menemui kekalahan
atau tidak memperoleh seperti apa yang diharapkan. Misalnya ketika anak
mengikuti perlombaan dan ia sangat menginginkan menjadi pemenang, sedangkan
hasilnya ia kalah. Ayah dan Ibu mengenali karakter anak tersebut sebagai
pemberani dan jujur, Ayah dan Ibu bisa mengatakan kalimat yang melegakan
hatinya tanpa membohonginya, seperti “Tidak apa-apa belum saatnya, anak Ayah
dan Ibu hebat sudah berani ikut lomba dan jujur dalam bertanding. Itu luar
biasa!”
Dilansir
dari Websitre Sahabat Keluarga Kemdikbud, Endah mengemukakan
alternatif yang bisa dilakukan Ayah dan Ibu, berikut ini bisa menjadi cara atau alternatif yang bijak menyikapi
kegagalan anak kita :
(1) Besarkan hatinya. Ketika anak mengalami kegagalan,
hibur dia dengan kata-kata seperti: ”Tidak apa-apa yang penting Adik sudah
berusaha!” atau ”Tenang, masih ada kesempatan lain. Besok kita cobalagi,
ya!” Kata-kata sederhana itu adalah penghiburan paling
menenteramkan baginya yang sedang kecewa; (2) Berikan quality time. Berikan waktu khusus pada
si anak untuk menenangkan hatinya dan bercerita. Hal itu akan membuatnya lebih
mudah menerima kegagalan karena merasa ditemani. Ajak dia bercerita, tetapi
jangan buru-buru memaksanya mengungkapkan kekecewaannya. Jika sudah benar
merasa nyaman dan menerima, anak akan menceritakannya sendiri pada orang tua;
(3) Ajak evaluasi. Ketika anak sudah bisa berdamai dengan
rasa kecewanya, ajak dia mengevaluasi kegagalan kemarin. Hal itu akan
mengajarkan anak untuk naik satu tingkat lebih baik. Seperti kata pepatah
”Pengalaman adalah guru terbaik.” Jadikan pengalaman kemarin sebagai
motivasi untuk berusaha lebih baik lagi.
#SahabatKeluarga (Annisa
Anita Dewi)
Referensi
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4744
Referensi Foto
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180515104408-284-298275/peran-keluarga-untuk-tangkal-sebaran-radikalisme-pada-anak